Kamis, 14 Juni 2012

PENYAKIT ENSEFALITIS JEPANG

           Radang otak jepang disebabkan oleh Japanese B Encephalitis Virus (JEV) yang termasuk Arbovirus. Di indonesia Ensefalitis jepang ditularkan oleh nyapuk culex tritaeni orhynchus. JEV termasuk genus flavivirus virus RNA dari famili flaviviridae yang mempunyai ukuran 40-50nm

Gejala klinis dan diagnosis
           Pada manusia, sesudah masa inkubasi 6-16 hari penderita mengalami demam, sakit kepala, konvulsi, kaku kuduk, mual, muntah, fotofobi, nyeri perut, diare, paresis lokal dan gangguan koordinasi gerak. Kemudian akan terjadi kelumpuhan spastik, terjadinya koma dan penderita meninggal dunia. Angka kematian ensefalitis dapat mencapai 20-50%
          Dengan uji serologi ELISA dapat ditunjukan adanya IGM pada cairan serebrospinal, sedangkan titer pada uji fiksasi komplemen dan uji netralisasi antibodi menunjukan peningkatan 4 kali lipat
          Isolasi virus dari jaringan otak dan darah fetus babi yang di inokulasikan secara intraserebral pada anak mencit akan menyebabkan terjadinya gangguan saraf 4-14 hari sesudah inokulasi

Penanganan penderita ensefalitis
          Tindakan suportif berupa perawatan yang baik, pemberian cairan elektrolit dan oksigen sesuai dengan kebutuhan diberikan bersama obat-obatan simtomatik untuk mengatasi demam, anti konvulsan jika penderita  kejang-kejang dan diberikan mannitol untuk menurunkan tekanan intrakranial.
          Belum ada antivirus yang sesuai untuk memberantas JEV antibiotika dapat diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder

Pencegahan penyebaran penyakit
          Vaksinasi inaktif diberikan pada anak-anak yang merupakan kelompok sensitif terhadap JEV. Selain itu memberantas nyamuk penularnya dan mencegah gigitannya menggunakan repellen akan mencegah penularan penyakit. Prosedur pengaman kerja dilaboratorium harus dilakukan dengan baik.
          Selain itu terhadap kuda dan babi dilakukan vaksinasi inaktif sebelum hewan-hewan tersebut dikawinkan














Minggu, 10 Juni 2012

Penyakit Cacar (variola)

            Penyakit cacar merupakan penyakit infeksi virus yang sangat menular yang sering menimbulkan epidemi dimasa lalu, dengan angka korban meninggal dunia yang tinggi. Penyebab cacar adalah variola virus yang ganas (variola major).

Variola virus
            Virus cacar termasuk famili poxviridae yang mempunyai virion berbentuk batu bata, dengan ukuran sekitar 250X400X100 nm (nanometer).
Gejala klinis cacar
             Cacar menunjukan gejala klinis yang bertahap, yaitu gejala awal, lesi kulit, dan adenitis umum.
             Gejala awal pada permukaan dari penyakit, gejala cacar berupa sakit kepala disertai gejala punggung yang hebat, disertai gejala mirip influenza, sesudah itu akan terjadi fase ruam kulit (rash) yang timbul 2-3 hari sesudah munculnya gejala awal. Rash mulai timbul didaerah dahi dan pergelangan tangan, lalu menjalar ke lengan bawah dan kaki serta bagian belakang tubuh.
              Lesi kulit. kelainan kulit yang tejadi pada penderita cacar berupa lesi kulit yang sama stadiumnya, sehingga mudah dibedakan dari kelainan kulit pada cacar air (varicella). Mula-mula terbentuk makula yang mirip campak, kemudian cepat berubah menjadi papula yang berbentuk bulat, keras dan dalam yang umumnya tidak saling berhubungan. Sesudah itu terjadi vesikel berbentuk kubah yang jika pecah tidak mengempis. Akhirnya terbentuk pastula yang jika mengering akan meninggalkan kerak dan bekas cacar yang cekung. Lesi kulit juga terjadi pada mukosa mulut, faring, laringg, dan trakea.
              Adenitis. Adenitis yang terjadi secara umum, namun ringan sifatnya.
              Untuk menunjang diagnosis cacar, dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap kerokan lesi kulit untuk menunjukan adanya elementary bodies. Biakan virus atas bahan infektif dapat membuktikan adanya virus. Selain itu antigen virus juga dapat ditemukan pada cairan vesikel, pustula dan krusta kulit.
              Pemeriksaan serologi misalnya uji fiksasi komplemen juga menunjukan hasil positif.
Pengobatan dan Pencegahan variola
             Tidak ada obat yang spesifik untuk memberantas virus cacar pemberian antibiotika ditunjukan terhadap infeksi sekunder yang terjadi. Perawatan yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Pengobatan simtomatis diberikan sesuai dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan keluhan penderita.
             Vaksinasi massal menggunakan vacciniavirus hidup (Live vaccinia virus vaccine) efektif untuk mencegah penularan cacar








Minggu, 11 Maret 2012

PENYAKIT PAROTITIS EPIDEMIKA (MUMPS)

           Parotitis epidemika atau mumps atau gondong, termasuk penyakit virus menular yang disebabkan oleh  Mumpsvirus yang menyerang kelenjar ludah, testes dan pengkreas. Virus ini dapat menyerang manusia, tikus dan hamster.

Mumps virus
            Virus penyebab parotitis epidemika yaitu mumpsvirus adalah virus RNA dari genus parainfluenza yang termasuk Paramyxoviridae. Virus ini mempunyai selubung (enveloped virus) dengan virion yang bergaris tengah antara 150-300 nm. Virus dapat dibiakan pada kultur jaringan embrio manusia dan sel ginjal kera. Hanya terdapat satu tipe antigenik virus mumps.


Gejala klinis parotitis epidemika
             Masa inkuubasi yang berlangsung antara 16-20 hari diikuti gejala awal berupa pembesaran satu atau kedua kelenjar ludah (parotis glands). kadang-kadang terjadi nyeri testis. Pada infeksi berat, gejala awal yang terjadi dapat berupa demam, malaise, menggigil, sakit kepala, sakit tenggorok, sakit telinga dan nyeri sepanjang saluran parotis. Pembesaran kelenjar parotis mudah dilihat dibawah telinga. Gejala parotitis pada anak umumnya lebih ringan dari pada orang dewasa.
              Komplikasi pada orang dewasa berupa orkitis yang unilateral yang terjadi pada 25% penderita dewasa. Nekrosis testis jika terjadi menimbulkan steril total. Komplikasi pada orang dewasa dapat juga berupa pankreatitis dan gangguan pada organ atau jaringan lain, misalnya prostat, mastoid, ovarium, tiroid, timus, limpa dan hati.
  
Diagnosis mumps
               Diagnosis pasti ditegakkan dengan membiakan saliva, cairan spinal atau urine penderita pada rongga alantoin embrio ayam atau pada sel ginjal kera. Adanya mumpsvirus ditunjukkan dengan uji hemaglutinasi inhibisi (HI Test).

Pengobatan dan pencegahan mumps
                Penderita harus istirahat ditempat tidur dan diberi terapi simtomatis untuk mengurangi keluhannya. Jika terjadi orkitis, obati penderita dengan Gamma globulin, Stilboesterol dan kortison.
                Untuk mencegah penyebaran mumpsvirus, diberikan gamma globulin hiperimun. Vaksinasi dengan menggunakan virus hidup yang dilemahkan dan dibiakan pada embrio ayam ini berhasil memberi perlindungan terhadap infeksi mumps dengan memuaskan.

Penularan parotitis epidemika
            Parotitis epidemika (mumps) merupakan infeksi akut yang menyerang anak-anak dan dewsa muda. Manusia penderita merupakan sumber penularan bagi orang lain, meskipun virus juga dapat menimbulkan infeksi berat pada tikus dan hamster. Penularan bahan infektif terjadi secara langsung dari penderita atau melalui udara yang tercemar bahan infektif penderita. Saliva penderita sangat menular, terutama sejak 6 hari sebelum terjadinya parotitis. Virus masih dapat dijumpai didalam saliva 15 hari sesudah parotitis telah sembuh secara klinis.
             Karena hanya satu tipe antigen mump virus, maka sesudah penderita sembuh dari sakitnya iya akan memperoleh kekebalan terhadap parotitis epidemika untuk seumur hidupnya.









PENYAKIT DIARE INFATIL

            Diare pada anak (diare infatil) disebabkan oleh Rotavirus, virus RNA yang termasuk famili Reoviridae. Terdapat 4 serotipe virus ini yang menginfeksi manusia terutama serotipe A dan 3 serotipe yang menginfeksi hewan.

Rotavirus
            Virus yang bersifat zoonotik ini berbentuk seperti roda pedati, mempunyai virion tidak berselubung yang bergaris tengah antara 65-75 nm.

Gejala klinis diare infatil
             Rotavirus hanya menimbulkan gangguan pada alat pencernaan anak dan secara langsung tidak mengganggu organ-organ lainnya.
             Sesudah masa inkubasi 3-4 hari, penderita mengalami demam mendadak, sakit perut dan muntah-muntah, diikuti diare cair yang cepat menimbulkan dehidrasi, asidosis dan syok. Kehilangan cairan yang berat merupakan penyebab utama kematian penderita.
              Diagnosis pasti penyebab diare ditentukan dengan menemukan partikel-partikel rotavirus di dalam tinja penderita dengan menggunakan mikroskop elektron. Pemeriksaan serologi dengan uji ELISA (Enzyme Linked Immunospecific Assays) dan uji RIA (Radioimmunoassay) merupakan metoda pilihan untuk menegakkan diagnosis infeksi rotavirus.

Pengobatan diare infatil
               Pengobatan suportif diberikan terhadap gastroenteritis yang terjadi, berupa pemberian cairan secara intravena dengan segera untuk mengatasi kehilangan cairan dan elektrolit dan menyebabkan terjadinya dehidrasi, asidosis, syok dan kematian penderita.
                Untuk mencegah penyebaran virus, penanganan limbah cair dan perbaikan sanitasi lingkungan harus dilakukan secara terus menerus.
                Vaksinasi menggunakan rotavirus hidup yang berasal dari sapi diberikan secara oral dapat memberikan perlindungan pada anak dari infeksi alami virus ini. Pemberian susu sapi segar yang telah dipasteurisasi pada bayi memberi perlindungan pada bayi karena susu sapi mengandung neutralizing antibodies terhadap rotavirus.

PENYAKIT FLU BURUNG

            Flu burung disebabkan oleh virus Alvian influenza (AI) tipe A. Subtipe H5N1 vius influenza ini dapat menular dari unggas ke hewan mamalia, misalnya kuda dan babi dan juga dapat menular ke manusia. Virus influenza tipe A dari subtipe H7N7 dan H5N3 menimbulkan gejala klinis yang berat dan bahkan kematian pada manusia.
       
Virus Alvian Influenza
             Virus penyebab flu burung termasuk influenzavirus dari famili Orthomyxoviridae dengan ukuran 90-120 nm. Virus Avian influenza (AI) tipe A subtipe H5N1 menular dari unggas ke manusia dan mamalia. Bagian luar virus terdapat tonjolan-tonjolan yang memberi sifat-sifat khas Virus influenza.

Penyebaran flu burung 
              Sumber penularan virus AI adalah unggas, misalnya ayam, burung dan itik. Kuda dan babi juga dapat menjadi sumber infeksi AI karena hewan-hewan tersebut merupakan hospes reservoir. Karena itu peternakan ayam dan babi merupakan tempat yang harus selalu diawasi dengan ketat. Penularan virus terjadi melalui udara yang mengandung bahan infektif dalam bentuk titik ludah (droplet) pada waktu penderita batuk atau bersin-bersin.


Gejala klinis flu burung
             Sesudah melewati masa inkubasi selama 1-3 hari, penderita akan mengalami demam dengan menggigil, sakit kepala, malaise, lemah badan, nyeri otot, fotofobi, dan konjungtiva merah. Komplikasi yang dapat terjadi berupa bronkitis, sinusitis, batuk berdahak dan pneumonia disertai batuk darah.
              Diagnosis flu burung ditetapkan jika dapat ditemukan virus penyebabnya melalui biakan atas hapusan tenggorok. Pemeriksaan serologi misalnya uji inhibisi hemaglutinasi dan uji fiksasi komplemen dapat mendukung ditegakkannya diagnosis flu burung.

Penanganan flu burung
                Penderita flu burung harus diisolasikan untuk mencegah penularan penyakit pada orang lain, dan agar penderita tidak tertular infeksi sekunder.
                Obat antiviral untuk memberantas virus flu burung yaitu tamiflu harus diberikan sedini mungkin, kurang dari 3 hari sesudah terjadinya infeksi. Penderita harus diberi pengobatan suportif untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita. Obat-obatan simtomatis untuk mengurangi keluhan penderita sedangkan antibiotika hanya diberikan jika terjadi infeksi sekunder oleh bakteri.


Pencegahan flu burung
           Vaksinasi aktif dilakukan terhadap orang yang beresiko tinggi tertular virus Avian influenza. Populasi unggas (peternakan) yang diduga telah terinfeksi atau diduga menjadi sumber penularan virus AI harus segera dimusnahkan. Vaksinasi unggas dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prosedur WHO (World Health Organization). Konsumsi daging unggas berasal dari daerah epidemis harus dihentikan dan dilarang. Babi dan kuda sebaiknya  divaksinasi satu tahun satu kali karena hewan-hewan tersebut juga merupakan hospes reservoir virus flu burung.







PENYAKIT HEPATITIS VIRAL

           Hepatitis pada manusia yang disebabkan oleh virus hepatitis tersebar luas diseluruh dunia. Terdapat 3 jenis virus penyebabnya, yaitu virus hepatitis A (VHA), virus hepatitis B (VHB) dan virus hepatitis C (VHC).


Penyebaran hepatitis viral
            VHA ditularkan dari penderita ke orang lain lewat jalur fekal-oral, sedangkan VHB ditularkan secara parenteral (melalui suntikan) dan melalui kontak seksual.

Diagnosis klinis hepatitis
            Masa inkubasi dapat berlangsung lama (sekitar 120 hari) atau berlangsung pendek, kurang dari 45 hari. Pada hepatitis dengan masa inkubasi kurang dari 45 hari, gejala-gejala timbul mendadak berupa demam, malaise, anoreksia, mual dan ikterus. Pada hepatitis dengan masa inkubasi panjang, gejala klinis umumnya ringan dan terjadi perlahan-lahan tanpa disertai demam.
            Pemeriksaan darah menunjukan fungsi hati terganggu dengan SGPT dan SGOT meningkat, alkali fosfatase dan bilirubin serum meningkat. IgG dan IgM meningkat dan TTT (Thymol tubidity Test) menunjukan   hasil positif. Pada masa inkubasi dan pada fase awal penyakit, virus VHA sudah berada didalam darah dan tinja penderita. Pemeriksaan urine penderita menunjukan bilirubin yang meningkat dan protein positif.

Pengobatan hepatitis viral
            Belum ada obat yang spesifik untuk membasmi virusnya. Penderita harus beristirahat penuh dan mendapatkan diet yang adekwat. Jika ikterus berlangsung lama, Penderita diberi vitamin K.

Pencegahan hepatitis
            Untuk mencegah penularan hepatitis A, diberikan gamma globulin pada orang-orang yang sering berhubungan dengan penderita, misalnya dokter, perawat dan keluarga penderita. Higiene sanitasi perorangan dan lingkungan harus dijaga dengan baik untuk menghindari kontak dengan bahan infektif baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan.
            Vaksinasi terhadap hepatitis B dilakukan menggunakan B-HEPAVAC dan HEVAC-B-Pasteur.















Jumat, 09 Maret 2012

PENYAKIT KLOSTRIDIOSIS PERFRINGENS

            Klostridiosis perfringens disebabkan oleh Clostridium perfringens, bakteri zoonosis pembentuk spora yang menghasilkan toksin secara anaerobik. Infeksi yang terjadi menimbulkan gejala gas gangren (miositis nekrosis), Enterotoksemia atau kelumpuhan (paralisis).

Diagnosis infeksi klostridium perfringens
             Clostridium pefringens pada manusia dapat menimbulkan gas gangren dan keracunan makanan.
   
             Gas gangren. Masa inkubasi berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa hari sesudah terjadi infeksi. Gejala klinis gas gangren antara lain berupa demam, toksemia, edema disertai nyeri otot, emfisema interstisial dan kaku kuduk. Jaringan otot yang terinfeksi berwarna gelap disertai pembentukan gas didalam jaringan otot, diikuti meluasnya jaringan yang mengalami nekrosis. Jika tidak diobati dengan baik, gas gangren dapat menyebabkan kematian penderita.
              Keracunan makanan. Gejala keracunan makanan timbul 6-24 jam sesudah terjadinya infeksi. Gejala-gejala klinis yang sering terjadi berupa muntah dan diare yang berlangsung selama beberapa hari. Penderita biasanya akan sembuh  dengan sendirinya.

              Diagnosis pasti ditentukan jika dapat ditemukan kuman Clostridium perfringens pada bahan makanan yang baru dimakan penderita. Pemeriksaan atas eksudat otot hewan yang terinfeksi dengan pewarnaan sediaan apus menunjukan adanya kuman Gram-positif dengan spora yang khas bentuknya.

               Pemeriksaan uji hewan coba tikus yang diinokulasi intravena dengan ekstrak isi usus halus menunjukan adanya toksin kuman penyebab klostridiosis perfringens.

Pencegahan gas gangren 
                Setiap luka yang kecil dan dalam harus dirawat dengan baik, dilakukan eksisi dan dibersihkan untuk mengeluarkan semua benda asing dari dalam luka. Antibiotika harus diberikan untuk memberantas Clostridium perfringens  untuk mencegah pembentuknya toksin selanjutnya.
                Imunisasi pasif dengan pemberian imunoglobulin yang spesifik diberikan pada penderita yang belum  pernah mendapatkan vaksinasi. Vaksinasi menggunakan vaksin kombinasi terhadap semua hewan yang hidup didaerah endemik klostridiosis dapat mencegah meluasnya penyebaran penyakit ini.

Pengobatan gas gangren
                 Pada penderita gas gangren harus dilakukan pembedahan radikal atas luka yang terinfeksi, disertai pemberian antibiotika misalnya penisilin untuk memberantas kuman penyebabnya dan antitoksin untuk menetralisir racunnya.
                 Terapi hiperbarik dengan memberikan oksigen bertekanan tinggi dapat mempercepat penyembuhan gas gangren.

PENYAKIT KOLERA

            Kolera merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan epidemi dan pandemi di banyak negara, dengan meninggalkan korban meninggal dunia yang sangat besar. Penyakit diare akut yang sangat menular ini disebabkan oleh kuman Vibrio cholerae atau Vibrio comma yang menghasilkan enterotoksin yang sangat toksik.

Morfologi
            Vibrio cholerae merupakan kuman berukuran kecil antara 2-4 mikron, berbentuk seperti koma, mempunyai flagel panjang sehingga aktif bergerak. Kuman yang ada pewarnaan bersifat Gram-negatif ini tidak membentuk spora.


Penularan kolera
            Indonesia, Cina dan India merupakan daerah endemik kolera. Pada pandemi tahun 1961 yang menyebar di 23 negara, sumber penularan berasal dari daerah endemik di Sulawesi. Epidemi kolera sering terjadi pada saat sejumlah besar manusia berkumpul, misalnya ketika musim haji di Saudi Arabia dan pada acara keagamaan di sungai Gangga, India.
            Kuman vibrio ditularkan secara langsung melalui tinja atau muntahan penderita, atau secara tidak langsung ditularkan oleh serangga, misalnya lalat dan lipas.

 Pengobatan kolera
            Tindakan rehidrasi harus segera dilakukan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang. Pada penyakit ringan dan penderita dapat minum , penderita diberi air minum atau oralit dan sejenisnya. Pada dehidrasi berat, penderita harus diinfus menggunakan larutan ringer atau garam faali. Selain itu penderita diberi pengobatan selama 3 hari dengan salah satu antibiotika, yaitu Ampisilin, Tetraksiklin, Kloramfenikol atau kombinasi Trimetropim dan Sulfametoksasol.

Pencegahan kolera
             Penderita kolera harus segera diisolasikan dan diobati dengan cepat. Semua benda yang tercemar tinja atau muntahan penderita harus segera disterilkan. Sumber air minum harus segera dilindungi dari pencemaran. Semua makanan dan minuman harus dimasak lebih dahulu. Lalat dan serangga penular lainnya harus segera diberantas, dan lingkungan dijaga kebersihannya. Orang-orang yang berhubungan dengan penderita sebaiknya dilindungi dengan memberikan vaksinasi.



PENYAKIT DEMAM TIFOID

            Penyakit infeksi usus yang disebut juga sebagai Tifus abdominalis atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C. demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia maupun di daerah-daerah tropis dan subtropis diseluruh dunia.

Morfologi kuman 
             Salmonella typhosa adalah bakteri berbentuk batang yang pada pewarnaan bersifat  Gram-negatif. Kuman ini mempunyai ukuran panjang 1-3,5 mikron, tidak mempunyai flagel peritrich.

Penularan demam tifoid
             Penularan demam tifoid terjadi melalui makanan atau minuman yang tercemar Salmonella typhosa atau Salmonella paratyphosa yang terdapat didalam air, es, debu maupun benda lainnya. Kuman tifoid dapat berasal dari karier demam tifoid yang merupakan sumber penularan yang sukar diketahui karena mereka tidak menunjukan gejala-gejala sakit.

Diagnosis penyakit
              Diagnosis klinis. Gambaran klinis klasik yang sering ditemukan pada penderita demam tifoid dapat dikelompokkan pada gejala yang terjadi pada minggu pertama, minggu kedua, minggu ketiga dan keempat.

- Minggu pertama. Demam tinggi lebih dari 40 derajat Celcius, nadi lemah bersifat dikrotik, dengan nadi 80-100 per menit
- Minggu kedua. Suhu badan tetap tinggi, penderita mengalami delirium, lidah tampak kering mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah menurun dan limpa teraba.
- Minggu ketiga. Keadaan penderita membaik jika suhu menurun, gejala dan keluhan berkurang.
Sebaliknya kesehatan penderita memburuk jika masih terjadi delirium, stupor, pergerakan otot yang terjadi terus menerus, terjadi inkontinensia urine atau alvi. Selain itu tekanan perut meningkat, terjadi meteorismus dan timpani, disertai nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps akhirnya meninggal dunia akibat terjadinya degenerasi miokardial toksik.
- Minggu keempat. Penderita yang keadaannya membaik akan mengalami penyembuhan.

             Diagnosis mikrobiologis. Metode ini merupakan metode yang paling baik karena spesifik sifatnya. Pada minggu pertama dan minggu kedua biakan darah dan biakan sumsum tulang menunjukan hasil positif, sedangkan pada minggu ketiga dan keempat hasil biakan tinja dan biakan urine menunjukan hasil positif kuat.

              Diagnosis serologis. Tujuan metode ini untuk memantau antibodi terhadap antigen O dan antigen H, dengan menggunakan uji aglutinin 1/200 atau terjadi kenaikan titer lebih dari 4 kali, hal ini menunjukan bahwa demam tifoid sedang berlangsung akut.
             
              Penderita demam tifoid umumnya juga menunjukan gambaran hemoglobin yang rendah dan leukopeni.

Pengobatan
              Pengobatan diberikan selama 14 hari, atau sampai 7 hari sesudah penderita tidak demam lagi.
             
              Obat-obatan yang dapat digunakan adalah Kloramfenikol, Tiamfenikol, Ampisilin, dan Kotrimoksasol (sulfametoksasol 400 mg + trimetoprim 80 mg).

Pencegahan demam tifoid
               Penularan Demam tifoid dicegah dengan selalu menjaga kebersihan perorangan, kebersihan lingkungan, pembuangan sampah yang baik, dan klorinasi air minum. Karier demam tifoid harus diobati dengan baik menggunakan ampisilin atau amoksisilin dan probenesid. Jika terdapat kolelitiasis, di lakukan tindakan operasi disertai pemberian antibiotika.
               Imunisasi dapat dilakukan dengan menggunakan vaksin monovalen kuman Salmonella typhi.

Minggu, 04 Maret 2012

PENYAKIT GONORE

            Gonoe atau "rajasinga" adalah penyakit kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual, disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae. penyakit ini tersebar luas diseluruh dunia, lebih luas dari pada penyebaran sifilis.

Neisseria gonorrhoeae
             Kuman gonore berbentuk diplokokus yang pada pewarnaan bersifat Gram-negatif, dengan ukuran garis tengah kuman sekitar 1 mikron. Pada biakan di medium Thayer-Martin pada suhu kamar (suhu 35 derajat- 36 derajat celcius) di dalam inkubator CO2, koloni berbentuk cembung, tembus sinar, dengan ukuran garis tengah 1-2 mm. Koloni kuman tidak membentuk pigmen dan tidak menimbulkan hemolisis pada medium.


Penularan gonore
             Penularan gonore melalui hubungan seksual merupakan penyebaran utama penyakit ini. Penyebaran gonore sukar dihentikan karena banyak strain kuman gonore telah kebal terhadap banyak antibiotika yang digunakan sebelumnya. karier gonore yang meningkat jumlahnya menyebabkan pemberantasan dan pencegahan penyakit kelamin ini sukar dilakukan.

Pengobatan dan pencegahan gonore
              Terhadap kuman gonore yang masih peka dapat diobati dengan berbagai jenis antibiotika yang diberikan sebagai dosis tunggal. Antibiotika yang bisa diberikan adalah Penisilin (ampisilin, amoksisilin), Kuinolon (ofloksasin, norfloksasin), Sefalosporin (cefpodoksim proksetil, ceftriakson disodium intramuskuler) dan Aminoglikosid (gentamisin, intramuskuler)
             Pada gonore dengan penyebaran luas (disseminated gonorrhea) pemberian antibiotika harus diberikan dengan dosis tinggi yang diberikan secepat mungkin.
             Untuk mencegah penyebaran gonore, pekerja seks komersial (PSK) penderita gonore harus diobati dengan cepat dan tepat, karena merupakan sumber penularan utama gonore. Pemeriksaan kesehatan seksual PSK harus dilakukan secara teratur.
             Untuk mencegah penularan gonore mata pada bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita gonore, mata bayi harus ditetesi dengan larutan perak nitrat atau penisilin segera sesudah bayi dilahirkan.







PENYAKIT DEMAM CHIKUNGUNYA

            Demam chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya, menimbulkan gejala mirip demam dengue, tetapi jarang menyebabkan pendarahan. Penderita mengeluh nyeri hebat pada tulang-tulangnya (break-bone fever), sehingga penyakit ini dimasyarakat dikenal sebagai flu tulang.

Virus chikungunya
            Virus penyebab chikungunya termasuk kelompok virus RNA yang mempunyai selubung, merupakan anggota grup A arbovirus yaitu alphavirus dari Togaviridae. Dengan mikroskop elektron virus ini menunjukan bentuk virion yang sferis dan kasar atau berbentuk poligonal dengan garis tengah 40-45 nm dan inti yang berdiameter 25-30 nm.

Penyebaran chikungunya
            Virus chikungunya tersebar luas di Afrika, Asia Selatan dan Asia tenggara. Vektor utama penular chikungunya adalah nyamuk aedes aegypti sedangkan sumber penularan adalah manusia dan primata.
 
Gejala klinis chikungunya
             Demam chikungunya atau flu tulang (break-bone fever) mempunyai gejala dan keluhan penderita mirip demam dengue, namun lebih ringan dan jarang menimbulkan pendarahan. Keluhan utama yang dialami penderita adalah artralgia yang merasakan nyeri pada tulang-tulang. Selain itu pembuluh konjungtiva mata penderita tampak nyata, dan disertai demam mendadak selama 2-3 hari.
             Pemeriksaan serum penderita pada uji hemaglutinasi inhibisi atau uji netralisasi menunjukan tingginya titer antibodi terhadap virus chikungunya.
 
Pengobatan dan pencegahan demam chikungunya
             Pengobatan terhadap penderita hanya ditujukan untuk mengurangi keluhan rasa sakitnya. Belum ada obat antivirus untuk memberantas virus penyebabnya.
             Pemberantasan nyamuk merupakan tindakan pencegahan yang paling baik. Repellen dapat dimanfaatkan untuk menghindari gigitan nyamuk.






PENYAKIT CACAR AIR (VARISELA)

            Cacar air merupakan penyakit virus yang sangat menular terutama menyerang anak-anak, disebabkan oleh varicella-zoster virus. Virus ini termasuk virus DNA dari famili herpetoviridae yang mempunyai virion berdiameter 110 nm.

Gejala klinis varisela
             Masa inkubasi berlangsung 14-21 hari, diikuti gejala awal berupa demam dan malaise. Rash merupakan   kelainan kulit yang pertama kali timbul dibagian badan penderita akan menyebar ke bagian wajah, lalu ke bagian anggota gerak, kemudian ke mukosa mulut dan faring. vesikel akan berkembang menjadi papula dan krusta. Pada hari ke-4 berbagai stadium lesi terjadi dalam waktu bersamaan..
             Komplikasi varisela dapat terjadi berupa ensefalitis atau pneumonia. Jika tidak terjadi komplikasi, angka kematian akibat varisela kurang dari 1%.
             Untuk menetapkan diagnosis pasti varisela, dapat dilakukan pemeriksaan imunofluoresen atas lesi kulit yang menunjukan adanya sel raksasa multi inti. Antigen yang spesifik dapat ditemukan di dalam cairan fesikel melalui Uji difusi gel. Dengan Uji fiksasi komplemen, uji ELISA atau pemeriksaan imunofluoresen titer antibodi yang spesifik dapat di tentukan.

Pengobatan dan pencegahan cacar air
            Perawatan yang baik untuk menjaga kondisi daya tahan penderita harus dilakukan. Tanpa komplikasi varisela akan sembuh dengan sendirinya. Imunoglobulin Varicella-Zoster Immune Globulin (VZIG) hanya diberikan pada anak penderita gangguan sistem imun yang kontak dengan penderita varisela.
            Vidarabine diberikan jika penderita mengalami komplikasi pneumonia varisela yang berat atau pada anak dengan gangguan sistem imun yang menderita varisela. jika terjadi infeksi sekunder, antibiotika dapat diberikan, sedangkan untuk mengurangi keluhan penderita dapat diberikan pengobatan simtomatis.          
            Pada saat ini belum ada vaksin untuk mencegah penyebaran varisela.

Sabtu, 03 Maret 2012

PENYAKIT LEPRA

            Lepra adalah penyakit infeksi menular disebabkan oleh mycobacterium leprae yang menyerang saraf perifer dan kulit penderita. Lepra terutama didapatkan dari daerah tropis dan subtropis yang udaranya panas dan lembab pada lingkungan hidup yang tidak sehat.
   
Mycobacterium leprae
            Kuman M.leprae termasuk bakteri tahan asam yang pada pewarnaan bersifat Gram-positif. Kuman ini tidak membentuk spora, tidak bergerak dan mempunyai bermacam-macam bentuk (pleomorfik). Morfologi bakteri ini mirip mycobacterium tuberculosis kuman penyebab tuberkulosis (TBC). M.leprae belum dapat di biakan pada medium buatan.

Penularan lepra
             Lepra hanya ditularkan melalui kontak erat dalam waktu lama dengan penderita lepra yang berada pada stadium reaktif. Penularan didalam lingkungan keluarga, misalnya antara ibu penderita lepra dengan anaknya atau suaminya. Anak-anak lebih sering terinfeksi kuman lepra dibanding orang dewasa.

Diagnosis dan gejala klinis lepra.
              Masa inkubasi lepra berlangsung lama, antara beberapa minggu sampai 12 tahun. Terdapat 2 jenis lepra, yaitu lepra tuberkuloid dan lepra lepromatus. Kelainan kulit merupakan gejala pertama yang sering dijumpai.
               Lepra tuberkuloid. Pada lepra tuberkuloid gejala awal yang tampak berupa kelainan motorik, kelainan sensorik dan kelainan trofik pada alat gerak penderita. Kelainan kulit pada lepra tuberkuloid berbeda jenis dari kulit normal disekitarnya. Lesi kulit lepra tuberkukuloid tidak peka terhadap rasa nyeri dan rasa raba.
              Lepra lepromatus. Gejala lepra jenis lepromatus diawali dengan terjadinya makula pre-lepromatus berupa eritema dengan batas tidak jelas dengan kulit normal di sekitarnya. Lesi berkembang menjadi makula lepromatus yang difus dan infiltratif dan terutama mula-mula terbentuk didaerah wajah dan lobus telinga. Kadang-kadang lepra lepromatus dapat berlangsung akut dengan demam berulang, nyeri sepanjang saraf perifer, lalu timbul kelainan kulit yang segera menghilang kembali.
              Kerusakan saraf perifer menimbulkan gangguan gerak otot dan kelemahan otot disertai hilangnya kemampuan sensorik dan rasa raba. Rasa tebal atau hilangnya rasa raba terutama terjadi pada lengan, tangan dan kaki. Penderita lepra dapat kehilangan fungsi tangan dan kakinya.
              Diagnosis lepra dipastikan dengan ditemukannya kuman lepra pada pemeriksaan mikroskopis atas kerokan kulit. Selain itu, uji lepromin pada kulit dapat membantu menegakkan diagnosis lepra.

Pengobatan dan pencegahan lepra
              Berbagai obat yang telah digunakan mengobati penderita lepra adalah Diamino Difenil Sulfon (DDS, Dapsone), Rifampisin, Clofazimin (Lamprene) dan Thalidomide.
              Jika terjadi komplikasi sesuai dengan jenisnya dilakukan tindakan bedah ortopedik untuk memperbaiki fungsi gerak penderita atau trakeotomi jika terjadi gangguan pernapasan akibat kelumpuhan saraf terkait.






PENYAKIT ANTRAKS

           Penyakit antrak (anthrax) adalah penyakit zoonosis yang tersebar luas diseluruh dunia, terutama didaerah tropis dan subtropis..
Penyebab penyakit akut yang banyak menimbulkan kematian ini adalah Bacillus anthracis yang dapat menyerang manusia maupun hewan.

Morfologi
             Bacillus anthracis adalah kuman bersifat gram positif yang membentuk spora dan tidak tahan asam. Kuman berukuran 4-8 mikron x 1-1,5 mikron terlihat sebagai batang tunggal atau tersusun seperti rantai pendek. Jika dibiakan dalam medium buatan, kelompok kuman membentuk rantai mirip batang bambu yang khas bentuknya.

Penularan antraks
            Didalam tanah, kuman antraks membentuk spora yang tahan terhadap suhu tinggi sinar matahari, tahan kekeringan, dan tahan terhadap desinfektan. Spora tetap hidup selama bertahun-tahun didalam tanah, didalam air, diantara rambut hewan (wol), dan kulit. Antraks ditularkan secara langsung, masuk kedalam kulit yang luka atau lecet,  atau melalui folikel rambut. Penderita akan mengalami anthraks kulit. Spora yang berada  di tanah yang tertelan atau terhirup melalui udara pernafasan dapat menyebabkan infeksi anthraks. Karena itu penyakit anthraks sering diderita oleh pekerja rumah potong hewan, pengolah kulit hewan, penyortir wol, petani dan peternak serta dokter hewan atau perawat hewan yang berhubungan dengan hewan sakit anthraks atau yang mati karena antraks.
              Antraks usu (intertinal anthrax) terjadi karena makan daging mentah atau kurang matang berasal dari hewan yang sakit antraks, atau tertelan spora antraks yang mencemari makanan atau minuman. Sedangkan antraks paru (wool sorter disease) terjadi bila spora antraks terhirup melalui udara pernapasan.


Pengobatan
              Pemberian antibiotika, misalnya penisilin, tetrasiklin dan streptomisin cukup efektif untuk mengobati penyakit antraks. Jika penderita mengalami toksis berat dapat di berikan serum Scalvo.
 
Pencegahan
              Untuk mencegah penyebaran antraks yang bekerja di industri pengolahan peternakan, ruang kerja harus bebas debu. Produk wol dan rambut berasal dari daerah endemis antraks harus disucihamakan dengan larutan 10% formalin atau 5% alkali. Semua hewan mati dan hewan sakit antraks harus dimusnahkan dengan mengubur atau membakarnya.
               Vaksinasi hewan ternak harus dilakukan didaerah wabah, disertai imunisasi terhadap pekerja yang beresiko tinggi tertular antraks dengan menggunakan vaksin yang bebas sel.





Jumat, 02 Maret 2012

PENYAKIT KAMPILOBAKTERIOSIS

            Kampilobakteriosis disebabkan oleh Campylobacter, bakteri yang dapat hidup dalam suasana sedikit oksigen (mikroaerobik) atau tanpa oksigen (anaerobik).


Kuman campylobacter
            Kuman campylobacter berbentuk spiral, seperti huruf S atau melengkung berbentuk kurva, dan mempunyai flagel amfitrikus.

Penularan Campylobacter
             Kampilobakteriosis termasuk penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.Yang menjadi sumber infeksi ialah makanan hewan unggas atau mamalia (sapi, domba, babi) dan kerang. Selain itu kucing dan anjing juga dapat menjadi sumber penularan.
             Infeksi terjadi melalui makanan atau susu yang tidak dimasak dengan baik.

Pengobatan kampilobakteriosis
             Untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan (dehidrasi), kepada penderita diberikan penggantian elektrolit dan rehidrasi.
             Untuk mengobati kampilobakteriosis yang invasif dan karier penyakit ini, dapat diberikan antibiotika, misalnya eritromisin, tetraksiklin, kuinolon, siprofloksasin, kloramfenikol dan gentamisin. Penderita yang mengalami gangguan saraf pusat diobati dengan kloramfenikol, ampisilin, streptomisin atau ceftriason.

Pencegahan
             Penularan kampilobakteriosis dicegah dengan cara menjaga kebersihan kandang hewan dan unggas, menjaga kebersihan proses pemotongan hewan dan selalu memproses susu yang diminum dengan pasteursasi, pemanasan atau iradiasi

PENYAKIT DISENTERI BASILER

           Disenteri basiler adalah infeksi usus besar oleh kuman Shigella, yang hanya menimbulkan kerusakan di usus dan tidak menimbulkan kerusakan di usus dan tidak menimbulkan kerusakan jaringan organ tubuh lainnya. Shigella dysenteriae  atau shigella shigae, merupakan penyebab disenteri paling ganas karena membentuk endotoksin, sering menimbulkan epidemi hebat didaerah tropis dan subtropis.

Gejala klisnis disenteri basiler
            Gejala klinis disebabkan oleh eksotoksin yang di hasilkan oleh S.dysenteriae dan endotoksin yang dihasilkan oleh spesies Shigella lainnya. masa inkubasi berlangsung antara 1 hari-1 minggu. Penderita mengalami demam tinggi mendadak disertai gangguan perut berupa nyeri perut, mual dan muntah. Beberapa jam kemudian terjadi diare yang dapat mencapai 20-24 kali dalam waktu 24 jam. Mula-mula tinja mengandung sedikit darah dan lendir, kemudian hanya berbentuk darah dan lendir.
            Pada infeksi berat (fulminant type) penderita mengalami kolaps diikuti demam tinggi, menggigil, muntah-muntah, suhu tubuh menurun, toksemia berat dan akhirnya penderita meninggal. penderita disenteri basiler anak dan orang lanjut usia yang mengalami dehidrasi dan asidosis juga dapat meninggal dunia.
            Pada infeksi ringan, bentuk tinja lunak atau normal, tidak cair, berdarah dan berlendir, mirip gejala amubiasis.
   
Pengobatan dan pencegahan disenteri basiler
            Sigelosis dapat diobati dengan berbagai macam antibiotika, misalnya tetrasiklin, ampisilin, kloramfenikol dan trimetoprim sulfametoksasol. Lama pemberian obat minimum 5 hari.
            Penderita sebaiknya diisolasi dan ekskreta penderita didesinfeksi. Karier sigelosis yang ditemukan harus diobati dengan sempurna sehingga tidak menjadi sumber penularan.
            Menjaga kebersihan makanan dan susu, selalu memasak makanan dan minuman, membuat sistem pembuangan tinja yang baik, memberantas lalat dan serangga penular lainnya dapat mencegah penularan disenteri basiler. pengawasan kebersihan terhadap industri pengolahan makanan terutama yang dikerjakan di lingkungan perumahan/keluarga harus dilakukan dengan ketat dengan mencegah penggunaan air mentah untuk mengolah makanan dan minuman.


   
             

PENYAKIT AKTINOMIKOSIS

            Aktinomikosis adalah penyakit menular supuratif kronis yang disebabkan oleh Actinomyces israelii yang sebenarnya adalah flora normal mulut manusia.Organisasi ini menimbulkan penyakit apabila masuk kedalam jaringan dan bekerja sama dengan kuman filamentus anaerob lainnya misalnya Arachnia.

Actinomycetes
             Actinonomycetes adalah kuman filamentous yang bentuknya mirip jamur, tumbuh bercabang-cabang namun sering terputus-putus sehingga bentuknya menyerupai bakteri yang bersifat Gram-positif. Sebagian besar organisme ini hidup bebas di tanah, namun ada yang hidup dengan sedikit udara (mikro aerofilik) atau hidup tanpa udara (anaerob) didalam rongga mulut (misalnya Actinomyces). Spesies Nocardia dan streptomyces yang bersifat anaerob dan hidup di dalam tanah dapat menimbulkan penyakit pada manusia maupun hewan.
             Actinomyces mempunyai bentuk seperti butiran belerang (sulphur granule) bersifat Gram-positif, terdiri dari koloni filamen miselium yang bercabang mirip huruf V atau Y. Pada proses pengerusan, filamen terputus-putus sehingga bentuknya mirip kokus atau batang. Pada biakan medium tioglikolat, Actinomyces israelii tumbuh seperti bola berburu.

Gejala klinis aktinomikosis
              Aktinomikosis mula-mula menunjukan adanya pembengkakan jaringan yang keras dan berwarna merah, yang terjadi secara perlahan-lahan. Pembengkakan tidak menimbulkan rasa nyeri. Pembengkakan kemudian menjalar ke arah permukaan jaringan, membentuk saluran-saluran sinus yang mengeluarkan cairan, dan bersifat menahun. Kerusakan terus berlanjut, menyebar luar bersambungan dan biasanya tidak melalui aliran darah.
             Aktinomikosis umumnya terjadi di wajah, leher, lidah atau mandibula. Aktinomikosis yang terjadi di paru-paru sering terjadi di paru-paru sering di sertai pembentukan abses atau empiema. Aktinomikosis abdominal dapat terjadi di sekum, apendiks, dan organ didaerah pelviks dapat menyebabkan terjadinya fistula multipel yang selalu mengeluarkan cairan.

Pengobatan dan pencegahan aktinomikosis
            Antibiotika misalnya penisilin dengan dosis 5-10 juta unit perhari yang diberikan dalam jangka perhari yang diberikan dalam jangka panjang dapat menyembuhkan aktinomikosis sebagian besar penderita.Tetrasiklin dan eritromisin juga dapat digunakan mengobati aktinomikosis.
            Pembedahan dilakukan untuk mengeluarkan nanah dan cairan jaringan, namun jaringan yang sudah rusak sukar dipulihkan fungsinya.
            Perawatan gigi dan rongga mulut, mencegah trauma pada selaput lendir rongga mulut, menghindari makanan keras yang mudah menyebabkan luka dapat mencegah aktinomikosis.

Kamis, 01 Maret 2012

BRUGIA MALAYI DAN B. TIMORI

            Diindonesia terdapat dua spesies Brugia, yaitu Brugia malayi dan Brugia timori yang menimbulkan filariasis brugia, filariasis malayi, atau filariasis timori.
            Selain diindonesia, Brugia malayi tersebar di Asia, mulai dari india, Asia tenggara, sampai ke jepang. Brugia timori hanya dijumpai di Indonesia bagian Timur, yaitu di Nusa Tenggara Timur. Brugia hanya ditemukan didaerah pedesaan (rural).

Penyebaran brugiasis
              Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan pembuluh limfe, sedangkan mikrofilaria dijumpai didalam darah tepi hospes definitif. Bentuk cacing dewasa mirip bentuknya dengan W. bancrofti, sehingga sulit dibedakan. Panjang cacing betina Brugia malayi dapat mencapai 55 mm, dan cacing jantan 23 cm. Brugia timori betina panjang badannya sekitar 39 mm dan yang jantan panjangnya dapat mencapai 23 mm.
               Mikrofilaria Brugia mempunyai mempunyai selubung, panjangnya dapat mencapai 260 mikron pada B.malayi dan 310 mikron pada B.timori. Ciri khas mikrofilaria B. malayi adalah bentuk ekornya yang mengecil, dan mempunyai dua inti terminal, sehingga mudah dibedakan dari mikrofilaria W. bancrofti.
                Brugia ada yang zoonotik, tetapi ada yang hanya hidup pada manusia. pada Brugia malayi bermacam-macam, ada yang nocturnal periodic, nocturnal subperiodic, atau non periodic. Brugia timori bersifat periodik nokturna.
                Nyamuk yang dapat menjadi vektor penularannya adalah Anopheles (vektor brugiasis non zoonotik) atau mansonia (vektor brugiasis zoonotik)

Pengobatan brugiasis
                DEC yang merupakan obat pilihan untuk brugiasis, dapat diberikan dengan dosis lebih rendah, yaitu 3x 0.3-2 mg/kg berat badan/hari, namun diberikan lebih lama yaitu selama 3 minggu.

Pencegahan brugiasis
                 Tindakan pencegahan brugiasis sesuai dengan upaya pencegahan pada filariasis bancrofti, yaitu pengobatan penderita, pengobatan masal penduduk didaerah endemik, pencegahan pada pendatang dan pemberantasan vektor penular filariasis malayi





WUCHERERIA BANCROFTI

            Cacing dewasa menimbulkan filariasis bancrofti, sedangkan larva cacing (mikrofilaria) dapat menimbulkan occult filariasis. Selain di indonesia, parasit ini tersebar luas didaerah tropis dan subtropis di Asia, Afrika, Amerika dan Eropa.
            Cacing dewasa hidup didalam saluran limfe dan kelenjar limfe manusia. Tidak ada hewan yang bertindak sebagai reservoir host cacing ini.
            Cacing dewasa berbentuk seperti rambut, berwarna putih susu. Cacing jantan panjang tubuhnya sekitar 4 cm, mempunyai ekor melengkung yang di lengkapi dua spikulum yang tidak sama panjang. Cacing betina berukuran sekitar 10 cm, mempunyai ekor yang runcing bentuknya.
             Mikrofilaria. Larva filaria ini mudah ditemukan di dalam darah tepi, dengan panjang sampai 300 mikron dan lebar 8 mikron, mempunyai selubung (sheath) hialin, dengan inti atau sel somatik berbentuk granul yang tersusun tidak mencapai ujung ekor.

Gejala klinis filariasis bancroofti
              Baik cacing dewasa maupun larva cacing dapat menimbulkan gangguan patologik. Cacing dewasa dapat menimbulkan limfangitis akibat terjadinya iritasi mekanik dan sekresi toksik yang dikeluarkan cacing betina. Cacing yang mati selalin menimbulkan limfangitis juga dapat menimbulkan obstruksi limfatik akibat terjadinya fibrosis saluran limfe dan proliferasi endotel saluran limfe. Obstruksi ini menyebabkan terjadinya varises saluran limfe, elefantiasis dan hidrokel.
             Jika saluran limfe kandung kemih, varises saluran limfe atau ginjal pecah, melalui membrane mukosa traktus urinarius cairan limfe masuk ke dalam aliran urin penderita. Akibat urin menjadi berwarna putih susu dan mengandung lemak, albumin dan fibrinogen. Keadaan ini disebut kiluria, yang kadang-kadang juga mengandung mikrofilaria.
             Elefantiasis yang kronis dapat mengenai kedua lengan, tungkai, payudara, buah zakar atau vulva, yang hanya di perbaiki melalui tindakan operasi..

Pengobatan filariasis bancrofti
         Obat yang pada saat ini banyak digunakan untuk filariasis bancrofti adalah dietilkarbamasin sitrat (DEC) dengan dosis 3x2mg/kg berat badan/hari, selama 4 minggu. Pemberian DEC hanya ditunjukan untuk mengobati tahap mikrofilaria, tahap filariasis akut, untuk mengobati kiluria, limfedema, dan tahap awal elefantiasis.
          Pengobatan dengan antihistamin serta peemberian obat-obat simtomatik, analgetik dan antipiretik dapat diberikan sesuai dengan keluhan penderita dan gejala penyakit yang terjadi.
          Apabila telah terjadi hidrokel atau elefantiasis yang lanjut, penanganan filariasis hanya dapat dilakukan melalui pembedahan.
 
Pencegahan filariasis bancrofti
          Prinsip pencegahan filariasis adalah melakukan pengobatan masal pada penduduk yang hidup didaerah           endemik filariasis, pengobatan pencegahan terhadap pendatang yang berasal dari daerah non endemik filariasis, dan memberantas nyamuk yang menjadi vektor penularnya sesuai dengan daerah targetnya.
          Memperbaiki lingkungan agar bebas vektor serta mencegah gigitan nyamuk menggunakan repellent atau kelambu waktu tidur, meningkatkan upaya pencegahan penyebaran penyakit ini.







 

PENYAKIT FILARIASIS

            Di Indonesia filariasis yang sering dikenal sebagai penyakit kaki gajah disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria, yaitu brugia malayi,Wuchereria bancroti dan Brugia timori. Cacing dewasa hidup didalam saluran limfe dan pembuluh limfe, sedangkan larva cacing (mikrofilaria) dijumpai di dalam darah tepi penderita. B. timori belum banyak diketahui morfologi, sifat biologi, maupun epidemiologi penyakitnya.

Penyebaran filariasis
             Hospes definitif filaria umumnya adalah manusia, kecuali Brugia malayi yang merupakan parasit zoonotik yang dapat hidup pada beberapa jenis hewan mamalia. Hospes perantaranya adalah berbagai jenis nyamuk, sesuai dengan spesies filaria.
             Filariasis ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk, dan sesuai dengan terdapatnya mikrofilaria didalam darah tepi, dikenal periodik nokturnal (mikrofilaria hanya ditemukan malam hari), subperiodik diurnal (mikrofilaria terutama dijumpai siang hari, malam hari jarang ditemukan) dan subperiodik nokturnal (mikrofilaria terutama dijumpai malam hari, jarang ditemukan siang hari).

Rabu, 29 Februari 2012

PENYAKIIT ANKILOSTOMIASIS DAN NEKATORIASIS

            Cacing tambang tersebar luas di seluruh dunia (kosmopolit) terutama didaerah tropis dan subtropis, yang iklimnya bersuhu panas dan mempunyai kelembaban tinggi. Di Eropa, Cina, dan Jepang, penderita infeksi cacing-cacing ini banyak dijumpai pada pekerja tambang, sehingga cacing-cacing ini disebut cacing tambang.
             Infeksi cacing tambang di Indonesia disebabkan oleh Necator americanus yang menyebabkan nekatoriasis dan Ancylostoma duodenale yang menimbulkan ankilostomiasis

Penularan ankilostomiasis
              Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif N. americanus maupun A. duodenale. Telur yang keluar dari  usus penderita dalam waktu dua hari akan tumbuh di tanah menjadi larva rabditiform dalam waktu satu minggu akan berkembang menjadi larva filariform yang infektif.
               Lung migration. Larva filariform akan menembus kulit sehat manusia, memasuki pembuluh darah dan limfe, beredar didalam aliran darah, masuk ke jantung kanan, lalu masuk ke dalam kapiler paru. Larva menembus dinding kapiler masuk kedalam alveoli. Larva cacing kemudian mengadakan migrasi ke bronki, trakea, laring dan faring, akhirnya tertelan masuk ke usofagus.
               Di usofagus larva berganti kulit untuk yang ketiga kalinya. Migrasi larva berlangsung selama sepuluh hari . Dari usofagus larva masuk ke usus halus, berganti kulit yang keempat kalinya, lalu tumbuh menjadi cacing dewasa. Dalam waktu satu bulan, cacing betina sudah mampu bertelur.
                Gejala klinis ditimbulkan baik oleh cacing dewasa maupun larvanya. Cacing dewasa mengisap darah penderita. Seekor cacing dewasa N. americanus menyebabkan kehilangan darah sekitar 0.1 cc per hari, sedangkan seekor cacing  A. duodenale dapat menimbulkan kehilangan darah sampai 0.34 cc per hari.
                 Larva cacing menimbulkan dematitis dengan gatal-gatal (ground itch) pada waktu menembus kulit penderita. Selain itu larva pada waktu beredar di dalam darah (lung migration). akan menimbulkan bronkitis dan reaksi alergi yang ringan.

Diagnosis infeksi cacing tambang
                  Diagnosis pasti infeksi cacing tambang ditetapkan melalui pemeriksaan mikroskopik atas tinja yang dilakukan untuk memukan telur cacing.

Gambaran klinis infeksi cacing tambang yang tampak dapat berupa:
1. Anemia hikromik mikrositer
2. Gambaran umum kekurangan darah: pucat, perut buncit, rambut kering dan mudah lepas
3. Rasa tak enak di epigastrium
4. Sembelit, diare atau steatore
5. Ground-itch (gatal kulit di tempat masuknya larva cacing)
6. Gejala bronkitis : batuk, kadang-kadang dahak berdarah

Pemeriksaan darah menunjukan gambaran:
1. hemoglobin, menurun < 11.5 g/dl (wanita) < 13.5 g/dl (pria)
2. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration), kurang dari dari 31-36 g/dl.

Permeriksaan sumsum tulang, menunjukan gambaran hiperplasi normoblastik.
          Pada hapusan darah, terdapat gambaran:
          1. Hipokromik mikrositer
          2. Terdapat leukopeni dengan limfositosis relatif. Jumlah lekosit kurang dari 4.000/ml
          3. Eosinofilia, dapat mencapai 30%
          4. Anisositosis, atau poikilositosis

Pengobatan cacing tambang
          Pengobatan ditujukan untuk mengatasi anemia maupun untuk memberantas cacingnya, yaitu:
   1. Pengobatan anemia mengunakan preparat besi, yang diberikan per oral atau parenteral.
   2. Folic acid diberikan, bila terjadi anemia megaloblastik.
   3. Obat cacing yang dapat diberikan per oral: Pirantel pamoat, Oxantel pamoat, mebendazol dan          levamisol


Pencegahan infeksi cacing tambang
            Untuk mencegah terjadinya infeksi baru maupun reinfeksi dilakukan.
         1. Pengobatan masal dan perorangan dengan obat cacing
         2. Pendidikan kesehatan : membuat jamban yang baik, dan berjalan di tanah selalu menggunakan alas kaki.

PENYAKIT HIDATIDOSIS

            Hidatidosis adalah infeksi larva cacing pita anjing (Echinococcus granulosus) pada jaringan atau organ manusia. Cacing zoonosis ini di laporkan dari seluruh dunia, terutama didaerah peternakan sapi dan domba. Terdapat hubungan erat antara manusia dengan herbivora dan anjing untuk terlaksananya siklus hidup lengkap cacing ini. Cacing pita anjing ini lebih banyak dijumpai didaerah subtropik dibanding daerah tropik.

Gejala klinis hidatidosis
              Gejala klinis yang timbul tergantung pada organ yang mengandung kista hidatid dan beratnya kerusakan  yang terjadi. Pada umumnya selama bertahun-tahun hidatidosis jarang menunjukan gejala yang jelas. Riwayat penderita yang bertempat tinggal didaerah endemis hidatidosis dan adanya hubungan erat penderita dengan anjing mengarahkan diagnosis hidatidosis.

Diagnosis hidatidosis
                 Diagnosis hidatidosis di tegakkan jika ditemukan bahan berasal dari kista yang pecah atau protoskoleks, misalnya didalam dahak (berasal dari kista di paru), sesudah dilakukan operasi atau pada waktu autopsi jenasah.
                  Untuk membantu menegakan diagnosis pada penderita yang diduga terinfeksi kista hidatid dapat dilakukan:
1. pemeriksaan serologi
2. uji intrakutan casoni
3. pemeriksaan radiologi
4. pemeriksaan darah menunjukan adanya eosinofilia antara 20-25%


Pengobatan hidatidosis 
             Sesuai dengan gangguan yang terjadi, hidatidosis diatasi dengan:
1. Pembedahan
2. Pengobatan biologis
3. Anti alergi


Pencegahan hidatidosis
            Untuk mencegah terjadinya hidatidosis pada manusia, harus dilakukan:
1. Mengobati anjing yang terinfeksi Echinococcus granulosus.
2. Mencegah pencernaan lingkungan dari tinja anjing.
3. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah kontak dengan anjing





PENYAKIT ENTEROBIOSIS

            Penyakit enterobiosis disebabkan oleh cacing enterrobius vermicularis atau oxyuris vermicularis. Nama umum cacing ini di indonesia adalah cacing keremi atau cacing peniti (pinworm). Cacing ini tersebar luas diseluruh dunia, baik didaerah tropis maupun subtropis. Didaerah dingin lebih banyak di jumpai, karena orang jarang mandi dan tidak sering berganti pakaian dalam.

Cara penularan enterobiosis
             Manusia adalah satu-satunya hospes definitif cacing ini. Tidak diperlukan hospes  perantara untuk melengkapi siklus hidupnya. Telur yang oleh cacing betina diletakan didaerah sekitar perianal dan perineal, dalam waktu 6 jam telah tumbuh menjadi telur infektif karena telah mengandung larva cacing..      
              Infeksi enterobiosis terjadi melalui 3 jalan, yaitu penularan lewat mulut, telur yang infektif terbawa dari tangan ke mulut penderita sendiri (autoinfection) atau terjadi karena memegang benda yang tercemar telur infektif, misalnya alas tidur, batal atau pakaian dalam penderita. Pada penularan melalui pernafasan, telur infektif yang berterbangan di udara terhirup oleh penderita.
              Penularan secara retrofeksi adalah penularan yang terjadi akibat larva cacing menetas didaerah perianal masuk kembali kedalm usus penderita, dan berkembang menjadi cacing dewasa. Karena mudahnya penularan, enterobiosis kerapkali merupakan penyakit infeksi yang menjangkiti seluruh anggota keluarga, banyak terjadi di panti asuhan atau panti jompo, di asrama-asrama, dan sejenisnya.
              Telur yang masuk mulut atau melalui jalan nafas didalam duodenum penderita akan menetas. Larva rabditifrom yang terjdi, akan tumbuh menjadi cacing dewasa di jejunum dan di bagian atas dari ileum. siklus hidup lengkap cacing ini membutuhkan waktu 2 sampai 8 minggu lamany

Penularan enterobiosis
               Cacing dewasa jarang menimbulkan kerusakan jaringan. Migrasi induk cacing untuk bertelur di daerah perianal dan perineal menimbulkan gatal-gatal (pruritus ani) yang mengganggu tidur penderita, dan bila digaruk dapat menimbulkan infeksi sekunder. Jika cacing betina mengadakan migrasi ke vagina dan tuba falopii, dapat terjadi radang ringan didaerah tersebut.
                 Meskipun cacing sering dijumpai didalam apendiks, infeksi apendiks jarang terjadi. Migrasi cacing ke usus halus bagian atas, lambung isofagus, dapat menimbulkan gangguan ringan didaerah tersebut. Jika tidak terjadi reinfeksi, enterobiosis dapat sembuh dengan sendirinya, karena cacing betina akan mati 2-3 minggu sesudah bertelur.

Pengobatan enteriobiosis
                   Mengingat penularan enteriobiosis sangat mudah terjadi pada seluruh anggota keluarga yang hidup dalam satu rumah, maka pengobatan infeksi cacing ini harus ditujukan pada seluuh anggota keluarga dalam waktu bersamaan, dan sebaiknya sering diulang. Berbagai obat cacing dapat digunakan, misallnya mebendazol, pirantel pamoat, pirvinium pamoat dan piperazin sitrat.

Pencegahan enterobiosis 
                     Mengobati penderita dan keluarganya atau yang hidup di dalam satu rumah, berarti memberantas sumber infeksi. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, terutama di lingkungan kamar tidur, dan mengusahakan sinar matahari masuk secara langsung akan mengurangi jumlah telur cacing yang infektif, baik yang ada di perlengkapan kamar tidur maupun yang berterbangan di udara.




 

Selasa, 28 Februari 2012

PENYAKIT ASKARIASIS

            Askariasis disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides yang oleh masyarakat umum di kenal sebagai cacing gelang. atau cacing perut. Cacing ini tersebar luas diseluruh dunia, terutama didaerah tropik dan subtropik yang kelembaban udaranya tinggi dan suhunya hangat. dibeberapa daerah diindonesia terutama dipedesaan, infeksi cacing ini dapat diderita oleh lebih dari 60% penduduk yang diperiksa tinjanya


Penularan askariasis
            Telur cacing yang telah dibuahi yang keluar bersama tinja penderita, didalam tanah yang lembab dan suhu yang optimal akan berkembang menjadi telur infektif, yang mengandung larva cacing.
            Infeksi terjadi dengan masuknya telur cacing yang infektif kedalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar tanah yang mengandung tinja penderita askariasis. Dalam usus halus bagian atas dinding telur akan pecah sehingga larva dapat keluar, untuk selanjutnya menembus dinding usus halus dan memasuki vena porta hati. bersama aliran darah vena, larva akan beredar menuju jantung, paru-paru, lalu menembus dinding kapiler masuk kedalam alveoli. masa migrasi ini berlangsung sekitar 15 hari lamanya.
            Dari alveoli larva cacing merangkak ke bronki, trakea dan laring, untuk selanjutnya masuk ke faring, usofagus, turun ke lambung akhirnya sampai di usus halus. Sesudah berganti  kulit, larva cacing akan tumbuh menjadi cacing dewasa. Sirkulasi dan migrasi larva cacing dalam darah tersebut disebut "lung migration". Dua bulan sejak infeksi (masuknya telur infektif per oral) terjadi, seekor cacing betina mulai mampu bertelur, yang jumlah produksi telurnya dapat mencapai 200.000 butir per hari.
            Penularan askariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitu telur infektif masuk mulut bersama makanan dan minuman yang tercemar, melalui tangan yang kotor tercemar terutama pada anak, atau telur infektif terhirup melalui udara bersama debu. Pada keadaan terakhir ini, telur menetas di mukosa jalan napas bagian atas, larva segera menembus pembuluh darah dan beredar bersama aliran darah.


Gejala klinis askariasis
             Cacing dewasa yang berada didalam usus dan larva cacing yang beredar didalam aliran darah, menimbulkan perubahan patologis pada penderita.
             Migrasi larva cacing di paru-paru dapat menimbulkan pneumonia dengan gejala berupa demam, batuk, sesak dan dahak berdarah. Penderita juga mengalami urtikaria dan terjadi gambaran eosinofili sampai 20 persen. Pneumonia disertai gejala alergi ini disebut sebagai Sindrom Loeffler atau ascaris pneumonia.
             Pada infeksi berat (hiperinfeksi), terutama pada anak-anak, cacing dewasa dapat menimbulkan gangguan pencernaan  dan penyerapan protein sehingga penderita mengalami gangguan pertumbuhan dan anemia akibat kurang gizi. Cairan tubuh cacing yang toksik dapat menimbulkan gejala mirip demam tifoid, disertai tanda-tanda alergi misalnya urtikaria, edema pada wajah, konjungtivitas dan iritasi pernafasan bagian atas.
             Pada manusia cacing dewasa dapat menimbulkan berbagai akibat mekanik, yaitu obstruksi usus, intususepsi, dan perforasi ulkus yang ada di usus. Selain itu cacing dewasa dapat melakukan migrasi ke organ-organ di luar usus (askariasis ektopik), misalnya ke lambung, usofagus, mulut, hidung, rima glottis atau bronkus, sehingga menyumbat pernafassan penderita. Juga dapat terjadi sumbatan saluran empedu, apendisitis, abses hati, dan pankreatitis akut.


Pengobatan askariasis
             Obat-obat cacing yang baru yang efektif, dan hanya menimbulkan sedikit efek samping adalah mebendazol, pirantel pamoat, albendazol dan levamisol. Piperasin dan berbagai obat cacing lain masih dapat digunakan untuk mengobati penderita askariasis.

Pencegahan askariasis
             Melaksanakan prinsip-prinsip kesehatan lingkungan yang baik, misalnya membuat kakus yang baik untuk menghindari pencemaran tanah dengan tinja penderita, mencegah masuknya telur cacing yang mencemari makanan atau minuman dengan selalu memaasak makanan dan minuman sebelum dimakan atau diminum, serta menjaga kebersihan perorangan.
              Mengobati penderita serta pengobatan masal dengan obat cacing bersepektrum lebar didaerah endemik dapat memutuskan rantai siklus hidup cacing ini dan cacing lainnya. Pendidikan kesehatan pada penduduk perlu dilakukan untuk menunjang upaya pencegahan pencegahan penyebaran dan pemberantasan  askariasis

PENYAKIT ANGIOSTRONGILIASIS

            Penyakit ini disebabkan oleh angiostrongylus cantonensis, cacing yang secara alami hidup didalam paru tikus. Pada manusia cacing ini menyebabkan meningoensefalitis eosinofilik yang menimbulkan gejala-gejala radang selaput otak yang dapat menimbulkan kematian penderita. Cacing paru tikus ini tersebar  diseluruh dunia, terutama banyak dilaporkan dari daerah tropis dan subtropis.

Angiostrongylus cantonensis
              Cacing jantan mempunyai ukuran panjang sekitar 7.7 mm, sedangkan cacing betina panjangnya sekitar 12.8 mm. Larva cacing yang infektif untuk manusia, mempunyai ukuran 0.5 mm x 0.025 mm.
              Parasit dapat ditemukan di otak, sumsum tulang belakang dan rongga bola mata penderita. Didalam tubuh hospes definitif, yaitu berbagai jenis rodensia, cacing dewasa hidup didalam arteria pulmonalis.
              Didalam tubuh hospes alaminya, yaitu tikus dan berbagai jenis binatang mengerat (roden), cacing dewasa hidup didalam arteria pulmonalis di paru.

Gejala klinis angiostrongiliasis
               Cacing angiostrongylus cantonensis, dapat menimbulkan gejala meningoensefalitis eosinofilik pada manusia. Sesudah masa inkubasi yang berlangsung antara satu dan tiga minggu sejak tertelan larva infeksi cacing ini, gejala klinis meningoensefalitis terlihat. Adanya parasit didalam sumsum tulang akan menimbulkan gambaran gangguan sensorik pada ektrernis.
Pengobatan angiostrongiliasis
                Sampai sekarang belum ditemukan pengobatan yang spesifik dengan hasil memuaskan terhadap angiostrongiliasis. Pemberian obat cacing  jaringan misalnya trikinosis dan strongiloidosis antara lain tiabendazol, albendazol, levamisol, mebendazol atau invermectin, dapat dicoba. Selain itu dapat diberikan analgetik untuk mengurangi demam dan juga kortikosteroid untuk membantu mengurangi rasa sakit dan keluhan penderita.
Pencegahan angiostrongiliasis
            Penularan angiostrongiliasis dapat dicegah dengan memasak dengan sempurna moluska, siput, ketan dan ikan sebelum di makan untuk membunuh larva infektif. mencuci buah-buahan dan sayur-sayuran sebelum di makan juga akan mengurangi kemungkinan kontaminasi melalui lendir moluska yang tercemar larva infektif
             Pemberantasan tikus dan binatang mengerat lainnya disekitar rumah dan pemukiman penduduk harus dilakukan dengan teratur.





Minggu, 26 Februari 2012

Skabies

PENGERTIAN 
          Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei tungau (mite) berukuran  kecil yang hidup didalam kulit penderita. Tungau yang tersebar luas di seluruh dunia ini dapat ditulakan dari hewan ke manusia dan sebaliknya.
          Pada Sarcoptes scabiei, tungau ini berukuran antara 200-450 mikron, berbentuk lonjong, bagian dorsal konveks sedangkan bagian ventral pipih.

PENULARAN SKABIES
          Skabies ditularkan dari seorang penderita pada orang lain melalui kontak langsung yang erat, misalnya dari ibu ke anak bayinya, antara anggota keluarga, dan antara anak-anak penghuni panti asuhan yang tidur bersama-sama di satu tempat tidur.
          Anjing dan kucing penderita skabies yang hidup di dalam rumah dapat menjadi sumber penularan yang penting bagi keluarga yang memeliharanya.

DIAGNOSIS SKABIES
          Gejala klinis yang menjadi dasar diagnosis skabies adalah rasa gatal yang hebat, yang terutama terjadi pada malam hari. Lokasi kelainan kulit yang sering dijumpai adalah di daerah sela-sela jai tangan dan kaki, ketiak, daerah umbilikus, dan sekitar puting susu.
          Infeksi sekunder sering terjadi berupa radang kulit bernanah (piodermi). Kerokan kulit yang diperiksa di bawah mikroskop akan menunjukkan adanya parasit yang spesifik bentuknya.

PENGOBATAN SKABIES
          Parasit dapat diberantas dengan emulsi benzoas bensilikus 25% gamma bensen heksaklorida 1% atau monosulfiram 25%.
         Antibiotika diberikan jika terjadi infeksi sekunder oleh kuman, dan antihistamin diberikan untuk mengatasi gatal-gatal hebat yang dikeluhkan oleh pederita.


PENCEGAHAN SKABIES
          Penderita sebagai sumber infeksi harus diobati dengan sempurna. kontak dengan pederita, baik manusia maupun hewan harus dihindari. selain itu selalu menjaga kebersihan badan dengan mandi dua kali sehari dengan sabun secara teratur serta menjaga kebersihan, mencuci dan merendam dalam air mendidih alas tidur dan alas bantal yang digunakan penderita.

Jumat, 24 Februari 2012

PENYAKIT PEDIKULOSIS

            Pedikulasi disebabkan oleh ektroparasit yang hidup parasitik pada manusia yaitu famili pediculidae yang termasuk dalam ordo Anoplura. Tiga spesies penting yang hanya hidup parasitik pada adalah pediculus humanus capitis, P.humanus corposis dan phthirus pubis. ektoparasit ini tersebar luas diseluruh dunia terutama di daerah beriklim dingin yang penduduknya sering berpakaian tebal, jarang mandi dan kurang menjaga kebersihan badannya. Penyakit ini dapat ditularkan melalui hubungan langsung antar individu, atau melalui benda-benda pribadi yang digunakan bersama-sama, misalnya topi, pakaian dalam, dan sisir. phthirus pubis sering ditularkan melalui hubungan kelamin. Pada suhu 5 derajat celcius phthius pubis mampu hidup dua hari tanpa makan , sedang pediculus humanus dapat bertahan hidup sepuluh hari. pada suhu 40 derajat celcius semua parasit dewasa spesies tersebut akan mati, tetapi telurnya masih dapat hidup selama 15 menit  pada suhu 60 derajat celcius.
             Morfologi. Anoplura mempunyai 3 pasang kaki yang ujungnya berkait untuk melekatkan diri pada rambut hospes. dibelakangnya antena yang terdiri dari 5 segmen terdapat satu pasang mata yang kecil ukurannya. Telur parasit yang berwarna putih dan berbentuk lonjong ini mempunyai penutup telur (operkulum). Telur juga berperekat sehingga telur mampu melekat erat pada rambut. Dalam satu hari, seekor betina bertelur sebanyak 6 sampai 9 butir.
              Pediculus humanus bentuk tubuhnya memanjang, dengan batas ruas yang jelas, dengan ujung posterior meruncing. pediculus humanus capitis bentuk ttubuhnya sangat mirip dengan P.humanus corporis sehingga sukar dibedakan, kecuali dari ukuran panjang badannya.Pedicullus humanus corporis panjang badannya antara 2-4 mm, P.humanus capitis antara 1-4 mm. Bentuk kepala pedicullus humanus ovoid dan bersudut, sedang semua kakinya berukuran sama besar.
               Phthirus pubis yang bentuk tubuhnya bulat seperti kura-kura, ukuran panjang tubuhnya antara 0.8 sampai 1.2 mm, dengan kepala yang berbentuk segi empat. Ruas-ruas abdomen parasit ini tidak jelas batasnya. Ciri khas laki-laki phthirus pubis adalah pasangan kaki pertama lebih kecil dari pada pasangan kaki kedua dan ketiga.

Gejala klinis  dan diagnosis pedikulosis
                 Infestasi anoplura pada manusia disebut pedikulosis. gigitan parasit menimbulkan iritasi kulit yang terjadi akibat liur dikeluarkan pada waktu menghisap darah mangsanya. Iritasi kulit dapat terjadi berlangsung selama beberapa hari. Akibat gigitan parasit terbentuk papul berwarna merah yang terasa sangat gatal. Kulit membengkak dan berair. Infestasi berulang menyebkan terjadinya pengerasan kulit disertai pigmentasi. Keadaan ini disebut morbus errorum atau vagabond's disease. Jika akibat garukan terjadi infeksi sekunder, akan timbul pustula, krusta atau proses penanahan. Penderita dapat terganggu tidurnya dan menglami depresi mental.
                  Diagnosis pedikulosis diarahkan jika klinis terjadi rasa gatal disertai bekas garukan, dan diagnosis pasti dapat ditegakan jika ditemukan parasit dewasa atau telurnya.

Pengobatan dan pencegahan pedikulosis
                   Pengobatan pedikulosis ditunjukan untuk mengobati rasa gatal dan terhadap parasitnya dapat diberikan insektisida atau benzoas benzylicus emulsion.
1. Pediculus humanus corporris
2. Pediculus hominis capitis
3. phthirus pubis
                  Mengobati penderita dengan baik akan mencegah penularan pedikulosis oleh penderita yang menjadi sumber infeksi. Selain itu harus dihindari kontak langsung dengan penderita, bila perlu penderita diisolasi, misalnya pada penderita skabies.

Penyakit yang ditularkan oleh anoplura
                  Hanya pediculus humanus corporis yang dapat menjadi vektor penular penyakit:
1. Epidemic thyphus (typus fever)
2. pidemic relapsing fever
3. ternch fever  

PENYAKIT AKARIASIS

            Akariasis adalah infestasi oleh artropoda, yaitu caplak (ticks) dan tungau (mites) yang dapat menimbulkan kelainan lokal maupun gangguan sistemik.
            Caplak (ticks). Caplak termasuk ordo Acarina yang tubuhnya terdiri dari segmen abdomen dan segmen sefalotorak yang telah mengalami fusi menjadi satu sehingga bentuk badannya mirip kantung. Caplak dapat dilhat dengan mata tanpa alat pembesar, kulit badannya tebal tidak tembus sinar. mulut ticks mudah dilihat dengan sejumlah gigi untuk menggigit.
             Ticks dewasa dan stadium nimfa mempunyai 4 pasang kaki, sedangkan larva hanya mempunyai 3 pasang kaki..
             Tungau (mites). Morfologi tungau mirip caplak, namun ukurannya sangat kecil sehingga baru dapat dilihat mata dengan bantuan alat pembesar atau mikroskop. Biasanya tungau mempunyai rambut badan yang panjang, kulit yang tembus sinar, dan mulut sukar terlihat yang umumnya tidak bergigi.
 
Gejala klinis akariasis
              Akibat gigitan ticks penderita dapat mengalami kelumpuhan saraf (tick paralysis), kelainan kulit dan anemia (yang hanya terjadi pada hewan). kelumpuhan saraf pada penderita manusia umumnya terjadi pada anak berumur dibawah 10 tahun, sedangkan gangguan kulit dapat terjadi akibat gigitan caplak dan tungau atau infestasi oleh tungau (misalnya skabies).
               Tungau dapat menular dari hewan ke manusia, misalnya skabies anjing, kucing dan sapi dapat menular kemanusia melalui kontak langsung dengan hewan yang sakit.

Pengobatan dan pencegahan akariasis
               Jika terjadi gigitan caplak, maka caplak harus dilepaskan pelan-pelan dan hati-hati, dengan menetasi badan ticks dengan bahan iritan misalnya eter, jodium, kloroform atau benzena. Caplak dan tungau dapat diberantas dengan insektisida yang sesuai, sedangkan skabies obati dengan salep belerang atau emulsi benzoas benzilikus.
                Untuk mencegah penularan akariasis, caplak dan tungau harus diberantas dari lingkungan pemukimman manusia dengan menggunakan insektisida. kontak dengan hewan penderita akariasis harus dihindari dan hewan sakit harus diobati. lingkungan hidup harus dijaga kebersihannya agar tidak menjadi tempat hidup caplak dan tungau.

Senin, 20 Februari 2012

PENYAKIT KRIPTOKOKOSIS

            Kriptokokosis adalah penyakit opotunis sistemik yang disebabkan oleh ragi Cryptococcus neoformans yang dapat menimbulkan kelainan pada kulit, paru dan meningtis.

Cryptococcus neoformans
           Ragi yang banyak ditemukan ditanah dan didalam tinja kering burung merpati ini pada pemeriksaan mikroskopis memiliki kapsul yang besar. Pada medium agar Glukosa Sabouraud tumbuh koloni ragi yang berwarna kuning tua yang tumbuh cepat pada temperatur 37 derajat celcius

Penyebaran kriptokokosis
            Pada manusia infeksi terjadi melalui saluran nafas yang dapat menyembuh dengan sendirianya (self limiting infection). Penderita imunodefiensi seluler, misalnya penderita kanker darah, penderita penyakit hodgin, penderita HIV atau penderita yang sedang menjalani terapi jangka panjang dengan kortikosteroid, yang terinfeksi C. neoforman akan mengalami kelainan paru yang progresif dan kemudian menyebar dan menimbulkan gangguan sistemik. sesudah itu kelainan sistem saraf pusat dapat terjadi menimbulkan gejala meningtis subakut atau kronis.

pengobatan dan pencegahan kriptokokosis
            Kriptokokosis dapat terjadi diobati dengan hasil memuaskan menggunakan Amfoterisin B secara intravenus, dikombinasikan dengan flusitosine peroral atau intravenus.
            Menjaga kebersihan kandang unggas dan mencegah pencemaran udara dari tinja unggas terutama tinja burung merpati, dapat mencegah penularan kriptokokosis.

PENYAKIT KANDIDIASIS

            Kandidiasis atau moniliasis disebut juga secara umum sebagai thrush, disebabkan oleh jamur Candida albicans. Jamur menjadi patogen jika daya tahan tubuh penderita menurun.

Candida albicans
       Jamur ini secara alami dapat ditemukan dirongga mulut dan alat pencernaan manusia, unggas dan mamalia. Candida albicans mempunyai pseudohifa berbentuk lonjong bertunas, berukuran 2x6 mikron, bersifat gram positif. Biakan pada medium agar sabouraud koloni jamur tumbuh berwarna kuning, berbau seperti ragi.


penyebab kandidiasis
      Orang yang mempunyai resiko terinfeksi jamur kandida adalah yang daya tubuh tubuhnya rendah, misalnya perempuan hamil yang menderita vaginitis, orang tua lanjut usia, penderita malnutrisi, serta bayi yang ibunya menderita kandidiasis. Serta itu penderita diabetes dan penderita dalam pengobatan antibiotika jangka panjang mudah terserang kandidiasis

Gejala klinis kandidiasis
           Berdasarkan atas jaringan yang terserang, kandidiasis dikelompokan menjadi kandidiasis membrana mukosa, kandidiasis bronkopulmoner, kandidiasis gastrointestinal, kandidiasis urogenital dan kandidiasis kulit.
            Komplikasi terjadi jika kandidiasis menyebar ke organ-organ (disseminated candidiasis), menimbulkan mikroabses di ginjal, jantung, selaput dan jaringan otak, serta sumsum tulang. kerusakan pada paru menimbulkan bronkiektasi.


Pengobatan kandidiasis
       Kandidiasis sistemik    
 Pada umumnya diberikan ketokonazol oral, sedangkan kandidiasis endokarditis harus dilakukan pembedahan disertai pemberian amfoterisin B dan flusitosin. Penderita kandidiasis meningtis diobati dengan amfoterisin B secara intratekal, sedangkan penderita peritonitis harus dilakukan pembedahan disertai pemberian obat antijamur lokal pada peritoneum. Kandidiasis sistitis diobati dengan memberikan nistatin lokal atau amfoterisin B melalui pencucian kandung kemih (bladder lavage), sedangkan kandidiasis pielonefritis diobati  dengan amfoterisin B atau 5-flusitosin secara intravena.
       Kandidiasis mukokutan, infeksi ringan dan kandidiasis mulut diobati dengan pengobatan lokal nistatin, gentian violet, amfoterisin B, mikonazol atau klotrimazol.

Pencegahan kandidiasis
     Penderita dengan gangguan sistem imun yang mendapatkan pengobatan antibiotika jangka panjang sebaiknya diberi juga obat antijamur. Bayi baru lahir hendaknya diamati kemungkinan terinfeksi kandidiasis dari ibu yang melahirkannya.
      Memperbaiki sanitasi perorangan dan lingkungan dapat membantu mencegah penyebaran kandidiasis.

PENYAKIT HISTOPLASMOSIS

            Penyakit jamur yang menyerang organ-organ viseral yang gejalanya mirip tuberkulosis ini banyak dijumpai di daerah tropis amerika dan afrika. Penyebabnya adalah histoplasma capsulatum atau histoplasma duboisii.


Hiptoplasma
        Jamur yang berbentuk sel lonjong ini bertunas dengan satu inti. Biakan pada medium agar sabouraud yang dieramkan pada suhu kamar menumbuhkan koloni jamur mirip kapas berwarna putih kecoklatan. Konidia berbentuk sferis, berdinding tebal, berukuran 8-14 mikron, mempunyai tonjolan berbentuk jari atau mempunyai mikrokonidia kecil berukuran 2-4 mikron.

Penyebaran hiptoplasmamosis
         Jamur mudah tumbuh dan berkembang biak ditanah yang tercampur tinja burung dan ayam atau guano kotoran kelelawar. infeksi melalui udara akan menimbulkan lesi primer di paru-paru, yang dapat menyebar ke organ-organ viseral lainnya secara hematogen jika jaringan paru mengalami kerusakan. Penularan dari manusia ke manusia lainnya biasanya terjadi secara tidak langsung.

          Didaerah endemis, hewan-hewan misalnya anjing dan rodensia banyak yang terinfeksi jamur ini sehingga dapat menjadi sumber penularan histoplasmosis bagi manusia.

  Gejala klinis dan diagnosis hitoplasmosis
            Sebagian besar penderita hitoplasmosis tidak menunjukan gejala klinis atau keluhan yang nyata. hanya jika terjadi infeksi melalui pernafasan dalam jumlah besar akan menimbulkan gejala klinis pneumonia. Pada penyebaran jamur keberbagai organ visera, terutama ke organ sistem retikuloendotel penderita dapat menderita demam tinggi, limfadenopati, splenomegali, hepatomegali, anemia, ulkus hidung, mulut, lidah dan usus, dan dapat menimbbulkan kematian penderita. Penyebaran luas ke organ-organ viseral ini terjadi pada bayi, orang lanjut usia dan penderita yang mengalami imunosupresi.
            Diagnosis pasti ditetapkan jika melalui pemeriksaan mikroskopis dapat ditemukan jamur penyebabnya didalam dahak, darah, urine atau lesi jaringan misalnya sumsum tulang, kulit atau kelenjar getah bening. pemeriksaan uji kulit histoplasmin, dan penentuan diagnosis serologi dapat membantu menegakkan diagnosis histoplasmosis.

Pengobatan dan  pencegahan histoplasmosis
       Histoplasmosis berat diobati dengan amfoterisin B selama 10-12 minggu. Selain itu dapat diberikan ketokanazol. Histoplasmosis primer pada pau harus juga diberikan pengobatan suportif dan istirahat yang cukup.
       Penyemprotan larutan formalin pada tanah dapat merusak jamur histoplasma yang berada di permmukaan tanah. kontak dengan konidia jamur harus dihindari dan tidak bermukim di daerah endemis jamur ini.















Minggu, 19 Februari 2012

PENYAKIT TRIKOMONIASIS VAGINALIS

            Trikomoniasis yang disebabkan trichomonas vaginalis penyebarannya luas diseluruh dunia (kosmopolit) terutama banyak dijumpai pada wanita, namun dapat juga diderita orang laki-laki. parasit ini dapat ditemukan pada alat genetalia maupun saluran kencing wanita dan laki-laki.

patogenesis dan gejala klinis 
             Trikomoniasis pada penderita perempuan dapat dijumpai dalam bentuk vaginitis, uretritis, vulvitis, dan servisitis. pada pria, infeksi dapat terjadi pada prostat, vesikel seminal, uretra. Derajat infeksi trikomoniasis umumnya ringan, berupa pelunakan, keradangan dan erosi permukaan selaput lendir, yang tertutup cairan berwarna kuning dan berbuih.
              Pada perempuan gejala klinis berupa terbentuknya cairan vagina (fluor albus), gatal dan panas didalam vagina dan daerah sekitarnya. Pada penderita pria, keluhan sangat  sedikit, dan hanya 10 persen yang mengalami gejala klinis berupa keluarnya cairan putih dari uretra.
               Penularan parasit ini terjadi melalui kontak langsung, misalnya karena menggunakan bersama handuk, alat-alat toilet atau barang lainnya. Penularan pada bayi dari ibu melalui jalan lahir dapat terjadi pada waktu proses persalinan.

pengobatan dan pencegahan trikomoniasis
              Metronidazol, tinidazol, seknidazol, nimorazol dan ornidazol merupakan obat anti trikomoniasis yang diberikan sebagai dosis tunggal dengan hasil yang memuaskan. Cara pemberian dan dosis obat-obat tersebut adalah sebagai berikut :
               Mengobati penderita dengan baik, menjaga kebersihan pribadi, dan tidak memakai bersama alat-alat toilet, dapat mencegah penularan parasit ini.

TOKSOPLASMAMOSIS

              Penyakit zoonosis ini disebabkan oleh toxoplasma gondii menyebabkan penyakit toksoplasmamosis pada manusia dan hewan. Parasit dapat menimbulkan radang pada kulit, kelenjar betah gening, jantung, paru, mata, otak dan selaput otak. Protozoa ini hidup intraseluler didalam sel-sel system retikulo-endotel dan sel parenkim manusia maupun hewan mamalia dan unggas terutama kucing.
               Penyebaran toksoplasmamosis bersifat kosmopolit di seluruh dunia..

Patogenesis dan gejala klinis 
               penyebaran parasit melalui aliran darah dapat mencapai berbagai organ,, misalnya otak, sumsum tulang belakang, mata, paru, limfe, otot jantung dan otot rangka.
               Pada orang dewasa, gejala klinik toksoplasmamosis tidak jelas dan tidak ada keluhan penderita. Gejala Toksoplasmamosis yang jelas terjadi pada penderita yang menderita toksoplasmamosis kongenital karena luasnya kerusakan organ dan sistem saraf penderita (bayi dan anak). Pada anak dan bayi yang terinfeksi ibu hamil pada trimester terakhir akan terjadi ensefalomielitis, klasifikasi serebral, korioretinitis, hidrdosefalus atau mikrosefalus. Kelainan pada sistem limfatik yang umumnya menyerang anak berusia 5-15 tahun, akan menyebabkan terjadinya demam disertai limfadenitis
               Kelainan pada kulit menimbulkan ruam makulopapuler mirip demam tifus, sedangkan pada paru dapat terjadi pneumonia interstitial. pada jantung dapat terjadi miokarditis dan hati serta limpa dapat membesar.

Pengobatan toksoplasmamosis
              Infeksi antiparasit sebaiknya diberikan dalam bentuk kombinasi yaitu pirimetamin dengan sulfadiasin. Selain obat kombinasi tersebut toksoplasmamosis dapat diobati dengan spiramisin selama 3 sampai 4 minggu. Jika terjadi toksoplasmamosis mata, dapat diberikan prednisolon, vitamin B compleks dan asam folat sebagai penunjang
Pencegahan toksoplasmamosis
              Infeksi toxoplasma gondii dapat dicegah dengan selalu memasak makanan dam minuman, menghindari kontak langsung dengan daginng atau jaringan hewan yang sedang diproses, misalnya ditempat pemotongan hewan dan penjual daging. Lingkungan hidup dijaga  kebersihannya, terbebas dari pencemaran tinja kucing atau hewan lainnya. Penderita terutama perempuan yang dalam keaadan hamil atau menunjukan IgM positif harus diobati dengan baik. Hewan-hewan penderita toksoplasmamosis juga harus segera diobati atau dimusnahkan.


PNEUMONIA ATIPIK

           Penyakit infeksi yang disebut juga sebagai interstitial plasmacellulair pneumo disebabkan oleh pneumocystis carinii yang bersifat zoonotik..

pneumocystis carinii
            bentuk parasit bulat atau lonjong mirip kista, berukuran 1 sampai 2 mikron, mempunyai 8 badan berinti satu (uninucleated bodies)

pengobatan dan pencegahan
           Pneumonia atipik diobati dengan pentamidin intramuskuler yang diberikan selama 14 hari. selain itu dapat diberikan selama 14 hari. Selain itu dapat diberikan kina, emetin, atau trimetroprim-sulfa metoksasol. Untuk menunjang pengobatan dapat diberikan antibiotika, oksigen, dan perbaikan gizi penderita.
kortikosteroid merupakan kontraindikasi.
            untuk mencegah penyebaran parasit ini, memasak semua makanan dan memperbaiki lingkungan hidup harus dilakukan.

PENYAKIT MALARIA

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan dunia. lebih dari satu milliar orang hidup didaerah endemis malaria, terutama di daerah tropis yang terletak antara 40 derajat lintang selatan dan 60 derajat lintang utara. Setiap tahun sekitar 2,5 juta orang meninggal dunia, terutama anak-anak berumur lima tahun.
 
Gejala klinis malaria
           Masa inkubasi setiap jenis malaria berbeda-beda. Pada malaria vivax dan malaria ovale inkubasi berlangsung antara 10 sampai 17 hari, pada malaria falciparum antara 8 sampai 12 hari dan pada malaria malariae, masa inkubasi berlangsung antara 21 dan 40 hari.
            Malaria menunjukan gejala-gejala yang khas, yaitu:
        - Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium: kedinginan (rigor) yang berlangsung  antara 20 menit sampai 1 jam, stadium panas badan (1-4 jam) dan stadium berkeringat banyak (2-3 jam).
        - Splenomegali
        - Anemia yang disertai malaise.

pengobatan malaria
             Obat anti malaria dapat dikelompokkan atas dua golongan, yaitu alkaloida alami, misalnya kina dan antimalaria sintetik.
              Obat antimalaria sintetik adalah 9-aminoakridin (mepakrin) misalnya atabrin, kuinakrin, 4-aminokuinolin (pamakuin, primakuin), biguanid (proguanil, klorproguanil) dan pirimidin (pirimetamin). Obat antimalaria dapat diberikan dalam bentuk kombinasi pirimetamin dan sulfadoksin yang dipasarkan sebagai fansidar.
               Kina. Alkaloida alami ini dapat diberikan bersama-sama dengan primakuin untuk mengobati malaria kambuh, malaria yang akut dan berat (diberikan intravena) atau untuk mengobati malaria falciparum yang sudah resisten terhadap klorokuin.
               Kekebalan (resistensi) terhadap obat antimalaria. salah satu kendala dalam memberantas dan mengendalikan malaria adalah terjadinya kekebalan parasit malaria terhadap obat-obat anti malaria yang digunakan.
               Suatu spesies plasmodium dinyatakan masih peka (sensitif) terhadap obat anti malaria tertentu, jika dalam waktu 7 hari pengobatan, parasitemi bentuk aseksual telah menghilang tanpa diikuti kekambuhan (rekrudesensi). parasit yang masih sensitif ini dinyatakan sensitif (S).
               Jika telah terjadi resistensi parasit terhadap obat anti malaria lainnya, sedangkan pengendalian malaria dilakukan dengan meningkatkan pemberantasan vektor malaria yaitu nyamuk Anopheles.

Pencegahan malaria
               pencegahan malaria dilakukan terhadap perorangan maupun pada masyarakat, yaitu:
 
         - mengobati penderita dan penduduk yang peka, yang berdiam didaerah endemik.
         - mengobati karier malaria menggunakan primakum, karena mampu memberantas bentuk gametosit. Namun penggunaan obat ini tidak boleh dilakukan secara masal karena mempunyai efek samping.
          - pengobatan pencegahan pada orang yang akan masuk kedaerah endemis malaria
          - memberantas nyamuk Anopheles  menjadi vektor penularnya dengan menggunakan insektisida yang sesuai dan memusnahkan sarang-sarang nyamuk Anopheles.
          -menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu jika tidur, atau menggunakan repellen yang diusapkan malam hari pada kulit badan jika berada diluar rumah pada malam hari.