Kamis, 14 Juni 2012

PENYAKIT ENSEFALITIS JEPANG

           Radang otak jepang disebabkan oleh Japanese B Encephalitis Virus (JEV) yang termasuk Arbovirus. Di indonesia Ensefalitis jepang ditularkan oleh nyapuk culex tritaeni orhynchus. JEV termasuk genus flavivirus virus RNA dari famili flaviviridae yang mempunyai ukuran 40-50nm

Gejala klinis dan diagnosis
           Pada manusia, sesudah masa inkubasi 6-16 hari penderita mengalami demam, sakit kepala, konvulsi, kaku kuduk, mual, muntah, fotofobi, nyeri perut, diare, paresis lokal dan gangguan koordinasi gerak. Kemudian akan terjadi kelumpuhan spastik, terjadinya koma dan penderita meninggal dunia. Angka kematian ensefalitis dapat mencapai 20-50%
          Dengan uji serologi ELISA dapat ditunjukan adanya IGM pada cairan serebrospinal, sedangkan titer pada uji fiksasi komplemen dan uji netralisasi antibodi menunjukan peningkatan 4 kali lipat
          Isolasi virus dari jaringan otak dan darah fetus babi yang di inokulasikan secara intraserebral pada anak mencit akan menyebabkan terjadinya gangguan saraf 4-14 hari sesudah inokulasi

Penanganan penderita ensefalitis
          Tindakan suportif berupa perawatan yang baik, pemberian cairan elektrolit dan oksigen sesuai dengan kebutuhan diberikan bersama obat-obatan simtomatik untuk mengatasi demam, anti konvulsan jika penderita  kejang-kejang dan diberikan mannitol untuk menurunkan tekanan intrakranial.
          Belum ada antivirus yang sesuai untuk memberantas JEV antibiotika dapat diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder

Pencegahan penyebaran penyakit
          Vaksinasi inaktif diberikan pada anak-anak yang merupakan kelompok sensitif terhadap JEV. Selain itu memberantas nyamuk penularnya dan mencegah gigitannya menggunakan repellen akan mencegah penularan penyakit. Prosedur pengaman kerja dilaboratorium harus dilakukan dengan baik.
          Selain itu terhadap kuda dan babi dilakukan vaksinasi inaktif sebelum hewan-hewan tersebut dikawinkan














Minggu, 10 Juni 2012

Penyakit Cacar (variola)

            Penyakit cacar merupakan penyakit infeksi virus yang sangat menular yang sering menimbulkan epidemi dimasa lalu, dengan angka korban meninggal dunia yang tinggi. Penyebab cacar adalah variola virus yang ganas (variola major).

Variola virus
            Virus cacar termasuk famili poxviridae yang mempunyai virion berbentuk batu bata, dengan ukuran sekitar 250X400X100 nm (nanometer).
Gejala klinis cacar
             Cacar menunjukan gejala klinis yang bertahap, yaitu gejala awal, lesi kulit, dan adenitis umum.
             Gejala awal pada permukaan dari penyakit, gejala cacar berupa sakit kepala disertai gejala punggung yang hebat, disertai gejala mirip influenza, sesudah itu akan terjadi fase ruam kulit (rash) yang timbul 2-3 hari sesudah munculnya gejala awal. Rash mulai timbul didaerah dahi dan pergelangan tangan, lalu menjalar ke lengan bawah dan kaki serta bagian belakang tubuh.
              Lesi kulit. kelainan kulit yang tejadi pada penderita cacar berupa lesi kulit yang sama stadiumnya, sehingga mudah dibedakan dari kelainan kulit pada cacar air (varicella). Mula-mula terbentuk makula yang mirip campak, kemudian cepat berubah menjadi papula yang berbentuk bulat, keras dan dalam yang umumnya tidak saling berhubungan. Sesudah itu terjadi vesikel berbentuk kubah yang jika pecah tidak mengempis. Akhirnya terbentuk pastula yang jika mengering akan meninggalkan kerak dan bekas cacar yang cekung. Lesi kulit juga terjadi pada mukosa mulut, faring, laringg, dan trakea.
              Adenitis. Adenitis yang terjadi secara umum, namun ringan sifatnya.
              Untuk menunjang diagnosis cacar, dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap kerokan lesi kulit untuk menunjukan adanya elementary bodies. Biakan virus atas bahan infektif dapat membuktikan adanya virus. Selain itu antigen virus juga dapat ditemukan pada cairan vesikel, pustula dan krusta kulit.
              Pemeriksaan serologi misalnya uji fiksasi komplemen juga menunjukan hasil positif.
Pengobatan dan Pencegahan variola
             Tidak ada obat yang spesifik untuk memberantas virus cacar pemberian antibiotika ditunjukan terhadap infeksi sekunder yang terjadi. Perawatan yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Pengobatan simtomatis diberikan sesuai dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan keluhan penderita.
             Vaksinasi massal menggunakan vacciniavirus hidup (Live vaccinia virus vaccine) efektif untuk mencegah penularan cacar