Kamis, 19 Desember 2013

PENYAKIT DIFTERI

                 Penyakit difteri termasuk penyakit menular yang sangat berbahaya karena dapat menimbulkan kematian, terutama pada anak-anak penyebabnya adalah kuman corynebacterium diphteriae yang dapat menyebabkan/menghasilkan eksotoksin yang menimbulkan miokarditis dan neuropati, menyerang sistem pernapasan, membrana mukosa maupun kulit.
- Marfologi kuman difteri
                C. dipthereriae termasuk kuman bersifat gram positif, tidak bergerak, bentuknya mirip tongkat pemukul, dan tidak membentuk spora. Pada pewarnaan atas hapusan kuman, bakteri tersusun saling menyudut, mirip gambaran hurup kanji (cina)
- Penularan penyakit difteri dari penderita terjadi secara langsung melalui titik ludah, maupun secara tidak langsung melalui sapu tangan dan berbagai benda lain yang tercemar ludah penderita. Penularan melalui air susu dan debu dapat juga terjadi. Manusia merupakan salah satunya sumber infeksi dipteri bagi manusia lainnya.
- Diagnosis difteri 
1. Difteri tonsiler                   3. Difteri laring
2. Difteri nasofaring               4. Difteri toksik
- Pengobatan difteri 
                Penderita harus diberi pengobatan demam antitoksin dengan dosis:
- infeksi ringan (difteri laring atau awal difteri faring) 2000-4000 unit 
- infeksi sedang (difteri nasofaring) 40000-60000 unit
- infeksi berat (dan infeksi lebih dari 3 bulan) 80000-100000 unit
                 Antibiotika untuk menunjang pengobatan dengan antitoksin darat diberikan ampicilin (4x500mg/hari), amoksisilin (3x250-500mg/hari) atau eritromisin (dosis dewasa 4x500mg/hari, dosis anak-anak 30-50mg/kg berat badan/hari terbagi dalam 4 dosis) antibiotik diberikan selama 7-10 hari
- perawatan: Penderita harus diisolasi dan dirawat dengan intensif dehidrasi harus diatasi, dan terhadap komplikasi sistem saraf dan sumbatan jalan napas, membran dapat dikeluarkan dengan laringoskopi atau bronkoskopi.
- Pencegahan
             Imunisasi aktif vaksinasi atau imunisasi aktif menggunakan toksoid cairan atau alum-precipitated toxoid merupakan tindakan pencegahan yang terbaik. tahapan imunisasi aktif dilaksanakan sebagai berikut.
1. Imunisasi pertama diberikan pada sebelum anak berumur satu tahun .
2. Imunisasi kedua diberikan dua tahun sesudah vaksinasi pertama.
3. Imunisasi ketiga diberikan pada waktu anak mulai sekolah
               Imunisasi pasif (hanya memberikan perlindungan 2-3 minggu) diberikan terbatas pada orang yang rawan tertular difteri, misalnya perawatan penderita, karena adanya kemungkinan timbulnya reaksianafilaktif.        

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar