Rabu, 29 Februari 2012

PENYAKIIT ANKILOSTOMIASIS DAN NEKATORIASIS

            Cacing tambang tersebar luas di seluruh dunia (kosmopolit) terutama didaerah tropis dan subtropis, yang iklimnya bersuhu panas dan mempunyai kelembaban tinggi. Di Eropa, Cina, dan Jepang, penderita infeksi cacing-cacing ini banyak dijumpai pada pekerja tambang, sehingga cacing-cacing ini disebut cacing tambang.
             Infeksi cacing tambang di Indonesia disebabkan oleh Necator americanus yang menyebabkan nekatoriasis dan Ancylostoma duodenale yang menimbulkan ankilostomiasis

Penularan ankilostomiasis
              Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif N. americanus maupun A. duodenale. Telur yang keluar dari  usus penderita dalam waktu dua hari akan tumbuh di tanah menjadi larva rabditiform dalam waktu satu minggu akan berkembang menjadi larva filariform yang infektif.
               Lung migration. Larva filariform akan menembus kulit sehat manusia, memasuki pembuluh darah dan limfe, beredar didalam aliran darah, masuk ke jantung kanan, lalu masuk ke dalam kapiler paru. Larva menembus dinding kapiler masuk kedalam alveoli. Larva cacing kemudian mengadakan migrasi ke bronki, trakea, laring dan faring, akhirnya tertelan masuk ke usofagus.
               Di usofagus larva berganti kulit untuk yang ketiga kalinya. Migrasi larva berlangsung selama sepuluh hari . Dari usofagus larva masuk ke usus halus, berganti kulit yang keempat kalinya, lalu tumbuh menjadi cacing dewasa. Dalam waktu satu bulan, cacing betina sudah mampu bertelur.
                Gejala klinis ditimbulkan baik oleh cacing dewasa maupun larvanya. Cacing dewasa mengisap darah penderita. Seekor cacing dewasa N. americanus menyebabkan kehilangan darah sekitar 0.1 cc per hari, sedangkan seekor cacing  A. duodenale dapat menimbulkan kehilangan darah sampai 0.34 cc per hari.
                 Larva cacing menimbulkan dematitis dengan gatal-gatal (ground itch) pada waktu menembus kulit penderita. Selain itu larva pada waktu beredar di dalam darah (lung migration). akan menimbulkan bronkitis dan reaksi alergi yang ringan.

Diagnosis infeksi cacing tambang
                  Diagnosis pasti infeksi cacing tambang ditetapkan melalui pemeriksaan mikroskopik atas tinja yang dilakukan untuk memukan telur cacing.

Gambaran klinis infeksi cacing tambang yang tampak dapat berupa:
1. Anemia hikromik mikrositer
2. Gambaran umum kekurangan darah: pucat, perut buncit, rambut kering dan mudah lepas
3. Rasa tak enak di epigastrium
4. Sembelit, diare atau steatore
5. Ground-itch (gatal kulit di tempat masuknya larva cacing)
6. Gejala bronkitis : batuk, kadang-kadang dahak berdarah

Pemeriksaan darah menunjukan gambaran:
1. hemoglobin, menurun < 11.5 g/dl (wanita) < 13.5 g/dl (pria)
2. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration), kurang dari dari 31-36 g/dl.

Permeriksaan sumsum tulang, menunjukan gambaran hiperplasi normoblastik.
          Pada hapusan darah, terdapat gambaran:
          1. Hipokromik mikrositer
          2. Terdapat leukopeni dengan limfositosis relatif. Jumlah lekosit kurang dari 4.000/ml
          3. Eosinofilia, dapat mencapai 30%
          4. Anisositosis, atau poikilositosis

Pengobatan cacing tambang
          Pengobatan ditujukan untuk mengatasi anemia maupun untuk memberantas cacingnya, yaitu:
   1. Pengobatan anemia mengunakan preparat besi, yang diberikan per oral atau parenteral.
   2. Folic acid diberikan, bila terjadi anemia megaloblastik.
   3. Obat cacing yang dapat diberikan per oral: Pirantel pamoat, Oxantel pamoat, mebendazol dan          levamisol


Pencegahan infeksi cacing tambang
            Untuk mencegah terjadinya infeksi baru maupun reinfeksi dilakukan.
         1. Pengobatan masal dan perorangan dengan obat cacing
         2. Pendidikan kesehatan : membuat jamban yang baik, dan berjalan di tanah selalu menggunakan alas kaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar