Diindonesia terdapat dua spesies Brugia, yaitu Brugia malayi dan Brugia timori yang menimbulkan filariasis brugia, filariasis malayi, atau filariasis timori.
Selain diindonesia, Brugia malayi tersebar di Asia, mulai dari india, Asia tenggara, sampai ke jepang. Brugia timori hanya dijumpai di Indonesia bagian Timur, yaitu di Nusa Tenggara Timur. Brugia hanya ditemukan didaerah pedesaan (rural).
Penyebaran brugiasis
Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan pembuluh limfe, sedangkan mikrofilaria dijumpai didalam darah tepi hospes definitif. Bentuk cacing dewasa mirip bentuknya dengan W. bancrofti, sehingga sulit dibedakan. Panjang cacing betina Brugia malayi dapat mencapai 55 mm, dan cacing jantan 23 cm. Brugia timori betina panjang badannya sekitar 39 mm dan yang jantan panjangnya dapat mencapai 23 mm.
Mikrofilaria Brugia mempunyai mempunyai selubung, panjangnya dapat mencapai 260 mikron pada B.malayi dan 310 mikron pada B.timori. Ciri khas mikrofilaria B. malayi adalah bentuk ekornya yang mengecil, dan mempunyai dua inti terminal, sehingga mudah dibedakan dari mikrofilaria W. bancrofti.
Brugia ada yang zoonotik, tetapi ada yang hanya hidup pada manusia. pada Brugia malayi bermacam-macam, ada yang nocturnal periodic, nocturnal subperiodic, atau non periodic. Brugia timori bersifat periodik nokturna.
Nyamuk yang dapat menjadi vektor penularannya adalah Anopheles (vektor brugiasis non zoonotik) atau mansonia (vektor brugiasis zoonotik)
Pengobatan brugiasis
DEC yang merupakan obat pilihan untuk brugiasis, dapat diberikan dengan dosis lebih rendah, yaitu 3x 0.3-2 mg/kg berat badan/hari, namun diberikan lebih lama yaitu selama 3 minggu.
Pencegahan brugiasis
Tindakan pencegahan brugiasis sesuai dengan upaya pencegahan pada filariasis bancrofti, yaitu pengobatan penderita, pengobatan masal penduduk didaerah endemik, pencegahan pada pendatang dan pemberantasan vektor penular filariasis malayi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar